Rabu, 9 Februari 2011, 05.30 AM
Dia menghidupkan mesin mobilnya, tak lama setelah yakin mesinnya cukup panas, dikendarainya mobil itu menuju arah selatan, ke sebuah tempat di kaki gunung Sindoro dan Sumbing. Sambil mengemudi, dia terus membayangkan hal seperti apa yang akan dia temui disana. Baru 3 hari yang lalu dia memainkan Roland AT 900 mengiringi saudara sepupunya yang mengikat janji untuk menempuh hidup baru. Kemarin siang, HPnya berdering mengabarkan bahwa Gedung Gereja St. Petrus & Paulus dirusak, sementara sepupunya masih berada di komplek gedung untuk menyelesaikan administrasi pernikahannya.
Setelah hampir 2 jam dia mengemudi, sampailah dia di depan gedung gereja. Dia melihat beberapa bagian rusak terkena lemparan batu dan di bagian lain, ada abu dan jelaga, sisa ledakan molotov. Semalam, dia mencoba browsing di google untuk mendapatkan gambar terbaru gereja itu, hanya sekedar menentramkan hati yang gundah saja. Bagaimanapun juga siapa yang tidak miris dan bergetar hatinya, ketika saudara saudarinya hidup dalam teror dan ketakutan. Tapi tak ada secuil gambarpun dia dapat. Di televisi yang biasa dia tonton, hanya sepotong2 video saja, tanpa memperlihatkan bangunan itu utuh. Mungkin mereka takut ditegur KPI, dan dituduh menyebar ketakutan.
Ini potret kelabu negara yang dia cintai. Tanpa bermaksud mempersalahkan, tapi negara gagal melindungi satu bagian warganya yang berkepercayaan bukan mayoritas. Masih terngiang di telinganya bagaimana beberapa hari yang lalu, jauh di Cikeusik sana, orang dibantai hanya karena mereka berbeda dalam meyakini Tuhan mereka.
Hari ini dia menjadi saksi kebiadaban sebuah ekstrimisme. Ketika seseorang mengajaknya ke sebuah sekolah yang rusak. Ketika dia membayangkan menjadi siswa di sekolah itu, kemana mereka musti belajar. Kemerdekaan hakiki yang malah mencambuk dan mendera mereka yang tidak berdaya, dan keadaan yang seolah-olah membuatnya berjalan tanpa perlindungan, membuat dia ingin pergi saja dari negeri ini. Mencari suaka di negara yang lebih mampu melindungi haknya yang paling asasi. Tak sulit baginya untuk memohon sebuah visa dan green card di Negeri Paman Sam, karena dulu dia terlahir disana. Tapi bukankah itu hanya akan mencoreng para pemimpin negeri ini? Mengusap wajah mereka dengan tai karena dianggap tidak becus melindungi warganya.
Tidak, dia mengubur dalam-dalam pemikiran itu. Bagaimanapun juga, negeri ini yang telah membentuknya menjadi seorang pribadi. Kehidupan serba tanggung dan tidak menyenangkan di negeri ini bagaimanapun juga telah menempanya menjadi sosok kuat yang begitu mencintai negaranya.
Apalah arti sebuah gedung gereja? bahkan Piramid besar dan megah pun harus terkubur di padang Mesir untuk beribu tahun lamanya. Tuhanku tidak ada disitu, Tuhanku yang tidak butuh aku bela ada di hatiku. Apalah arti sebuah gedung sekolah? bahkan perpustakaan buatan raja Ptolemeus II pun akhirnya lenyap. Aku tidak butuh gedung sekolah untuk menajamkan mata hati dan kebijaksanaanku. Aku hanya butuh hidup dan mengasihi teman peziarah hidupku.
8 komentar:
semboyan bhinneka tunggal ika tinggallah semboyan... karena pada kenyataannya kebhinnekaan gak pernah bisa jadi tunggal.
negara hukum juga tinggallah angan2... karena pada kenyataannya semua pada main hakim sendiri.
sedih dan prihatin emang ngeliat yang belakangan (padahal dulu2 juga udah pernah) terjadi di indonesia... mau jadi apa coba ya...
@ Bang Arman,
entahlah bang, semoga endak ikut2an USSR
turut prihatin dgn yg terjadi akhir2 ini di tanah air. karena banyak yg beragama cuma di KTP doang. Kalo kita pernah merasakan jadi minoritas, kita akan menghargai dan menghormati adanya perbedaan. Bukan berpikiran sempit dan main hakim sendiri. btw aparat sama pemerintah pada kemana yaa?
Aku juga sedih :( Kenapa hal seperti ini berulang-ulang terjadi? Bukankah hidup damai lebih indah? Hiks...hiks...
kita sudah muak dengan kekerasan berbau agama, suku, atau golongan tertentu.. saatnya kita bangkit bersama membangun negeri ini
Negeri agama yg tak berTuhan.
semuanya bisa dibicarakan baik-baik tanpa harus pakai kekerasan dan korban
@Harikuhariini,
bukan tak bertuhan...cuman keknya beda2 tuhan
@ All,
saya setuju dengan teman2 semua
Posting Komentar