Kamis, 30 April 2009

Commercial Advertisement


Still discussing social phenomena around us, my silly thinking goes to commercial advertisements existing in this country. You might find them in television, streets, radio, or magazines. My friend says we cannot live without seeing any commercial advertisement wherever we are. Let’s say, in a morning journey to the office, we can find more than ten commercial advertisements displayed in every corner of the street. Then, when watching television for only an hour, have you ever counted how many advertisements appear?

It seems to me that all marketers are competing each other, attempting to perform the best product they’ve ever had. When certain marketer declares that their product is able to change the skin into white, another proclaims their product does not only whiten the skin but also makes the skin healthy, though we don’t know the limitation of being ‘healthy’ itself, though genetically Indonesian people mostly have brown skin. Let’s see another silly advertisement. Many shampoo producers claim that only their products that are able to make super-duper hair.

As usual, marketers display good-looking people in their advertisements. Let’s see, are there any ugly, fat, or short women who become the role model for skin product advertisement? Most of the advertisement stars are tall, white-skinned, and (better) Indonesian-German, Indonesian-English, or Indonesian-France. Those are the people that are performed as the figure-you-have-to-wanna-be.

Consequently, the world (even life) is seen from marketer’s point of view. You are happy because you are white-skinned. A woman can find her true love because her ex-boyfriend is impressed by her new beautiful appearance. An ordinary university student becomes popular among the guys in the campus because her face is (suddenly) white, shinny, and (perhaps the term) beautiful. The world seems to get close to the end of the day because you have acne right on your nose. All beautiful things belong to those who are physically perfect.

I just wanna say that be careful, perhaps so many views from commercial advertisements are influencing the way of our thinking.


Sabtu, 25 April 2009

Balada Sinetron Kita


Kantor Ndaru ada fasilitas baru, tipi 14 inch. hehe bukan barang mewah sih, tapi lmayan bisa buat nonton si Doel tiap pagi, ma sekali2 nonton gosip hehe..beberapa hari ini ndaru hobi banget nyambi kerjaan sambil nyambi nonton ne sinetron jadul. Dulu ndaru hobi banget ma ne sinetron, ceritanya unik, gak mengumbar mimpi. Skenarionya kek bener2 ada di sekitar kita,.klo ndaru bilang sih ne sinetron adalah masterpiece-nya sinetron indonesia. Blon ada yang nyaingin ide cerita ne sinetron. Ndaru gak asal nggacor, cman kadang klo pas sorean gitu di rumah, klo anime-nya global tipi lagi ada iklan, ndaru iseng mindah2 channel tipi..dan hampir semua setasiun nayangin sinetron. Na dari iseng2 males liat iklan ini, ndaru liat beberapa sinetron di sebuah stasiun tipi suwasta yang lambangnya rajawali. Berturut2 ne stasiun nayangin sinetron berjudul " Sekar", "Alisa", "Rafika", pola cerita dalam 3 sinetron ini sama, yaitu peperangan antara yang baek dan yang jelek.

Na, entah sengaja ato engga', tokoh2 utama yang bernuansa ketimuran (Sekar, Alisa, Rafika) digambarkan sebagai tokoh yang baek dan karakter2 yang namanya bernuansa kebarat-baratan digambarkan sebagai karakter yang jahat (Karina, Natasha, Febby). Sekilas dari nama2 di sinetron itu, orang sepertinya diajak untuk menarik kesimpulan bahwa yang Timur itu serba baek dan patut dicontoh sedangkan yang Barat itu serba jelek dan musti dihindari. Padahal klo kita mau jujur, sampai hari ini, budaya barat, mulai dari makanan mpe orientasi pendidikan, gak henti2nya di tiru dan dikagumi orang. Anak2 lebih suka merengek nangis minta diajak ke konter ayam goreng ato hamburger daripada ke lapak gado2 ato Nasi tumpang Koyor. Banyak ABG yang lebih bangga pake sepatu pierre cardin daripada pake selop bikinan cibaduyut. Ibu2 ma bapak2 lebih milih pake LEA's daripada baju batik. Belon orang2 yang bejibun ngantri beasiswa dari AUSaid FullBright ato yayasan beasiswa luar negeri yang dari Amrik ato Ostrali. Dan seterusnya.

Nama tokoh sentral yang bernuansa barat di sinetron2 itu ditampilkan sebagai orang yang egois, iri hati, dengki, licik, gak punya kasian, pinter nepu dkk. Tapi di sela2 sinetron ada iklan yang gak berhenti2 menawarkan gaya hidup barat. Kita dapat mengartikan sinetron2 tersebut sebagai ajakan buat lebih memberi apresiasi pada sejumlah sifat yang diwakili oleh "tokoh2 ketimuran" itu sebagai orang yang lembut, pandai menyimpan perasaan, hormat pada ortu, gak dendam, dan berbagai sikap baek laennya. Sekar, Alisa, dan Rafika mengajarkan ke kita bahwa keunggulan dan kebaikan itu bukan instan..Kebaikan itu gak jatuh dari langit. Kita musti membayar harga yang gak murah, dan perjalanan yang panjang,. makanya sinetron itu musti panjang2 dan gak selesai2 biar pemirsanya bisa nyanthel akan pesan2 yang mau disampein.

Na, dari sinetron itu pula kita bisa belajar bahwa hidup ini adalah perjalanan panjang. Perjalanan yang kadang menuntut kita menemukan sebuah jawaban. Soal dari jawaban itu gak perlu dicari2. Pekerjaan, Tugas2 harian, Panggilan, yang musti kita jalani sehari2 inilah yang stiap hari melahirkan sebuah pertanyaan buat dijawab. Alisa dan tokoh2 di sinetron itu ada dalam setiap konteks kehidupan kita masing2. Panggilan buat terlibat dalam pertempuran abadi buat melahirkan serta mengasah sikap buat nrimo, bertanggunjawab, hormat ke ortu, dan sikap2 baek laennya yang diwakili oleh tokoh2 ketimuran di sinetron itu.


Rabu, 22 April 2009

Humanisme vs Cyber world


Hehe..long time no blogging..banyak banget kerjaan kantor yang bikin otak ndaru mampet. Ide sih ada, cman ketika nulis di blog, kok jadi ilang yak..Mo nulis soal pemilu kok keknya udah banyak yang ngarti. :p Udah gitu, gara2 kerjaan sedabrek, jadi jarang maen, jarang jalan2 jadi gak bisa liat hal2 unik dan menarik yang mungkin kejadian di sekitar ndaru. Na baru kali ini ndaru dapet ide dan penulisan yang ndaru anggep layak buat ndaru share di blog ndaru.

Kmaren ndaru ngantre bayar listrik di ATM, kebetulan ATM t4 ndaru bayar listrik ini satu gedung ma sebuah warung internet yang ramai dikunjungi user. Dari user2 warnet ini, klo diliat dari pakean mereka, ndaru bisa nebak klo mereka adalah mahasiswa2 yang kuliah di t4 ndaru kerja. Tepat di teras warnet tersebut, ada seorang simbah2 putri yang udah sepuh banget menjajakan makanan kecil n gorengan ke orang2 yang datang n mo pergi dari warnet itu. Klo ndaru taksir sih tu simbah usianya udah 70 tahunan. Karena cukup lama ngantre, ndaru ckup tau klo si embah ini keknya capek banget nawarin dagangannya ke orang2, sementara gak ada pengunjung warnet yang tertarik ma makanan yang dijajakannya. Gak brapa lama, OP warnet kluar trus nyuruh si embah pindah dari sono. Akhirnya si embah pindah ke parkiran warnet. Di pojokan sambil ngaso.

Betapa berat hidup si embah, di usianya yang udah gak muda lagi, usia yang sebenernya dia bisa ongkang2 kaki di rumah, ngaso dari perjalanan hidup yang panjang, dia musti bergulat dan berpikir makanan apa yang bisa didapet hari ini, jangankan besok, hari ini aja mungkin dia bakal puasa karena dagangannya gak laku. Sementara orang2 yang masih muda, yang NGAKUnya peduli sesama..malah melenggang nyantai masuk warnet. Ya sih mungkin ke warnet buat bikin tugas dari dosen. Tapi apa iya sih bikin tugas? ini masa liburan. Paling2 jg ke warnet cman mo upload Friendster/Facebook ato chatting.

Sepengetahuan ndaru, banyak banget orang ikutan forum2 di dunia cyber. dari forum yang emang bener2 bermutu, sampai forum yang cman penyaluran hobi kapiran yang mungkin gak sempat kita kerjain di dunia real. Yang penghijauan lah, yang save the earth lah...yang pokoknya klo ndaru bisa menarik kesimpulan, tujuannya adalah untuk membuka hati kita peka akan keadaan sekitar kita. Lalu buat apa kita join aneka forum itu klo kita gak bisa ngelihat sesama kita yang nyata2 butuh bantuan? Klo dihitung dari segi ekonomi, 1 jam tarif warnet sebesar 4rebu rupiah. Dalam sejam itu berapa prosentase chatting, join forum dan bikin tugas? mana yang lebih banyak? Taruhlah prosentasenya sama, barti yang untuk chatt dkk ma join forum misalnya 2/3-nya sekitar 2.500 perak..dari join forum n chatt apa yang kita dapet? bandingkan dengan duit segitu dikasih si embah buat beli jajan dia! Minimal bisa bantuin ni simbah balik modal buat makan sekali. Gak ada salahnya kan menjadi berkat buat sesama walo kecil?

Di satu sisi, dunia cyber telah membantu kita untuk peduli pada sesama, dari chatt room misalnya, kita dapet info bahwa ada penggalangan dana buat situ gintung, ato dari forum di facebook kita bisa bantuin selamatin hewan langka. Tapi apakah itu sepadan dengan ketidak pedulian kita pada sesama yang nyata2 didepan mata kita, sedang butuh bantuan kita? Pertanyaan inilah yang menuntun kita kepada satu sisi lain dari dunia cyber, yaitu telah membunuh kepekaan kita terhadap sesama. Kita terlalu sibuk ndaptar Greenpeace di internet, ikutan selamatin paus Minke Kerdil di Laut Bering, tapi gak liat ada orang butuh bantuan di depan mata kita. Ndaru emang gak hobi ikutan forum, ikutan kopdar, ato ikutan mailist, ato berlomba2 dapetin teman sebanyak2nya dari facebook. Ndaru juga gak gitu care ma image ndaru di dunia cyber. Toh ada image yang lebih nyata yang lebih bisa ndaru bela daripada cman image di cyberworld, yaitu image kita dihadapan Yang Diatas, Yang Maha Tahu. Image yang nantinya bisa kita pakai untuk menentukan t4 disono setelah kehidupan di dunia fana ini selesai.