Senin, 26 Juli 2010

Belajar dari Institusi Pembohong

---Postingan nDaru kali ini lumayan panjang, banyak mengandung bahasa yang ndak begitu edukatip dan sedikit narsis..berhenti disini agar tidak terkontaminasi bahasa persuasif nDaru, tapi kalok nekat,,,RESIKO DITANGGUNG PEMBACA---


Inih kisah Juminten, temen nDaru ituh, lagih2 kisah Juminten dan lagih2 kisah Juminten di Program Setudi Guru Sekolah Mbelgedes, salah satu program setudi di Universitas Nganu ituh. Lagih2, nDaru musti sering makek frase ituh, lagih2 dan lagih2, program setudi ituh bertindak sakpenake untune dewe, lebih dari sekedar melanggar hak asasi manusiya tapih jugak merendahkan kehormatan dan harga diri mereka sebagai sebuah institusi yang menjadi bagiyan dari universitas yang termasyur di tanah Jawa Dwipa.

Setelah membuwat rekrutmen asisten dan dilanjutkan dengan menelantarkan posisi dan status para asisten, termasuk Juminten, mereka jugak main sakpenake dewe dalam menentukan honor para asisten. Ceritanya, para asisten termasuk Juminten dilibatkan dalam mengajar regular mahasiswa PGSM dan dihitung sebagai pengajar yang ndak dari dalem. Wah, semangat sekalih merekah. nDaru masih inget kekmana Juminten menyusun rencana dan strategi pembelajarannya tiap hari dan kekmana Juminten sibuk mengerjakan banyak hal buwat memajukan kemampuan mahasiswa. Juminten cerita, beberapa temennya dapet limpahan kelas dari begawan2 yang sok sibuk, jadih itungan sks mereka nambah. Juminten jugak cerita, ada satuh temennya yang dapet sks gila2an, belon harus menangani pembelajaran jarak jawuh bangetnya mahasiswa. Tapi toh, mereka seneng dengan kerjaan ituh, termasuk temen Juminten yang cekatan ituh, apa2 dilakoni sampek nglembur tiyap hari Sabtu.

Di akhir semester, para asisten termasuk Juminten harus menghadapi kenyataan baru yang memiriskan hati. Honor mereka dipotong dengan alesan mereka sudah dapet uang transport dkk dari honor perbulan sebagai tenaga hariyan. Ya sudah, mereka tetep nrimo. Tapi, situh coba bayangken. Mereka yang kerja sungguh2 menanggung puluhan sks cuman dapet satu juta per semester. Sungguh berperikemesinan atok berperikerobotan sekalih. Jangan mikir yang puluhan sks sajah lah, tapih liyat mereka yang sungguh-sungguh mengerjakan tugas mereka, cuman dihargai 700rebu per semester. Satuh semester dapet berapa kira2 sodara2? Kata Juminten, cukup buwat mbeli beras buat makan duwa anjingnya. Untunglah tunangan Juminten itu punyak pabrik biting sintetis, jadi Si Juminten ndak gitu keleleran amat

Tidak ada pembelaan atas nasib para asisten ituh. Pimpinan program setudi menganggap bahwa ituh adalah bagiyan dari keputusan wapim fakultas yang ndak bisa diganggugugat, jadih para asisten sudah selayaknya nrimo. Untuk hari ituh, Juminten menghela napasnya dalam dan memaklumi apa yang terjadi. Ketidakjelasan status membuwat para pimpinan dengan semena2 ngluarin upil ato ngentuti mereka dan semua diatasnamakan sebagai sebuah keputusan pimpinan.

Di semester berikutnya, diputuskanlah sebuah keputusan untuk memperjelas alur honor para asisten di akhir semester nanti. Di daptar presensi asisten, asisten harus mengurangi jumlah jam tiyap hari dengan jam mengajar mereka. Jadih, kalok Juminten ngajar duwa jam gituh, jam ngajar dua jam ituh ndak perlu dimasukkan di presensi. Itungannya adalah bulanan mereka diitung tenaga hariyan, dan pengajar yang ndak dari dalem jadi itungan utuh. Semangat ituh muncul lagih. Bukannya para asisten ituh matre ya, tapih manusiawi to kalok situh digaji ndak semestinya trus jugak males kerja. Gitu jugak para asisten. Begituh ada kepastian alur honor, mereka pun meneruskan pekerjaan di semester berikutnya, sekalipun ada pengumuman mereka ndak akan diperpanjang, mereka tetep mengerjakan semuanya seperti biyasa.

Tapih, sekali lagih, di akhir semester, hitungan honor ituh jawuh dari hitungan normal honor untuk seorang pengajar yang ndak dari dalem. Ya, memang naik daripada honor semester lalu, tapi tetep sajah ndak manusiawi. Beban maksimal ngajar 12 sks dihargai 1 juta lebih 300an rupiyah. Padahal menurut peraturan universitas, itungannya jauh lebih besar dari harga 1 juta itu. Ajaibnya lagih, itungan sks Juminten naek 1 sks. Dan, dia ndak bahagia dengan ituh. Juminten mangkel karena pimpinan dengan semena2 mengubah itungan sksnya dan mengubah sistem itungan honor untuk pengajar yang ndak dari dalem. Menurut spiyon Juminten, itungan ituh murni keluar dari program setudi bukan diotak-atik sama yang ngluarin duwit. Lebih ajaib lagih, selaluh anak2 para Begawan dinaikkan jumlah sksnya dan temen Juminten laen yang lebih dari 12 sks malah dipepetkan jadih 12 sks sajah.

Sungguh hebat memang institusi pembohong ituh. Maen rekrut orang dan maen lempar kemudiyan. Kalok nDaru mbayangin, para asisten ituh ndak lebih dari bola yang bisa ditendang sana-sini, ujung2nya ya sakit soalnya ditendang2 kok. Dan, sampek hari inih tidak ada penjelasan yang manusiawi dari pimpinan. Masing2 sibuk nyarik pembenaran diri dan tetep tampil jumawa layaknya Kingkong abis makan rujak. Apa mereka ndak malu dengan kelakuan mereka ya?

Laluh, bagaimana dengan nasib para asisten? Kalok mereka mengadu, mereka harus mengadu kemana? nDaru ndak yakin pimpinan universitas mau memahami persoalan inih dan membela hak2 mereka. Coba Juminten lapor ke Depnaker misalnya, lha apa ndak mbikin universitas geger? Tapih, kata Juminten menghadapi orang2 macem wapim fakultas ituh mending doa sepuluh kali sehari, lapornya ya ke blognyandaru saja. Juminten meyakinih bahwa ada yang harus dibayar atas apa yang sudah dikerjakan. Kalok sekarang dia berdiam diri dan tidak mengerjakan hal yang lebih jawuh (menuntut ke pengadilan gituh), pasti ada yang akan dia bayar nanti. Untuk ukuran Juminten ya agak sangar, soalnya dia temperamen sekalih dan sekali njeplak bisa2 banyak yang kebakaran kolor. Satu hal yang Juminten dan nDaru pelajari dari institusi pembohong ituh, bahwa kita selalu punyak pilihan. Ketika Juminten dateng ke program setudih ituh, dia memilih untuk membantu calon2 guru. Dan, kalok kemudiyan orang2 di dalemnya t*i, Juminten memilih ndak ngikut2 jadi t*i jugak.

Ratapan Juminten diatas, sedikit banyak mempengaruhi nDaru dalam mengambil sebuwah keputusan yang lumayan penting dalam fase hidup nDaru ini. nDaru memutuskan buwat keluar dari Universitas Nganu, tempat nDaru mengabdi dan menyumbangkan buah pikir nDaru. Alesan yang mendasar adalah karena nDaru endak dikasih ijin untuk setudi. Padahal nDaru setudi juga ndak mintak duit mereka, nDaru bisa setudi karena ada sebuah badan nirlaba dari kampung sebrang yang mau membiyayai setudi nDaru. Dan tanpa alesan yang masuk jidat manusia biasa, para petinggi ndak mbolehin nDaru sekolah. Padahal coro bodon-nya -berpikir a la orang gobloknya- kalok nDaru sekolah, lalu tambah pinter, nDaru bisa mengaplikasikan ilmu yang nDaru dapet itu disini, yang untung kan ya institusi ini juga to?Lalu untuk apa bertahan pada sebuah institusi yang endak membuat nDaru bisa berkembang? Ha mbok sumpah –tanpa bermangsut sombong ini lho-- kalok memang mencari kemapanan finansial ato kalok orang jawa bilang ngoyak sugih, ha mending nDaru melamar di perusahaan besar di ibukota sana. nDaru yakin kok dengan modal otak nDaru yang encer dan tampang nDaru yang imut juga kece ini, banyak perusahaan yang mau menampung nDaru. Ato jika memang nDaru nyarik enak, kerja dikit duit banyak, daridulu nDaru endak pindah2 dari pabrik pengecer minyak punyak pemerintah itu.

Dan setelah dipikir-pikir lagi. Ternyata, keputusan buat minggat dari institusi ini kok ya ndak penting-penting amat.

Sabtu, 24 Juli 2010

Ketilang bukan Kutilang


Minggu maren, nDaru mbesuk kadang cerak di sebuah rumah sakit di Semarang. Karena tempatnya rada jawuh, nDaru memutuskan buwat naek motor butut nDaru sajah, supaya irit dan enak muter2nya. Maklum, nDaru endak apal jalanan di Semarang, juga nDaru pergi sendiriyan, kalok nyetir mobil warisan babe, jelas amat sangat endak epektip, mengingat selang bensin mobil nDaru yang hampir mirip keran blangwir. nDaru males ngapalin Semarang, karena muter2 Semarang sama sajah dengan mengurangi umur nDaru. Pertama, karena jalannya banyak yang rusak, kalok nDaru nyungsep jugak taruhannya nyawa. Kedua, polusi udaranya ditambah hawa super panas yang menyiksa. Dan, terakhir, dua kondisi di atas ituh sudah pasti mbikin tensi nDaru naek.


Sebenernya nDaru sudah pengin naek angkutan umum, tapi malah malem2 sebelon nDaru brangkat, tetangga nDaru kecopetan di daerah Ungaran, ha daripada nyumbang dompet jadi sasaran empuk copet, maka nDaru memutusken buwat jadi biker saja sekalian nyobain shockbreaker baru. Tapi ternyata perjalanan kemarin menyisakan kejengkelan dan kemangkelan nDaru sebage warga negara ini.


Perjalanan dari rumah nDaru di pinggir sawah sampek Semarang, 86, lancar jaya tralala, ya memang sih masalah klasik di jalanan, mobil nylonong, knalpot bau bangke, nDaru anggep masih wajar lah. Sampek Semarang kota, nDaru mulai bingung nyarik2 Alamat Rumah Sakit tempat kadang nDaru itu opnam, tanyak kiri tanyak kanan, membawa nDaru disebuah jalan bernama Jalan P. Naaa di ujung jalan P ini, nDaru ketemu sebuah perempatan jalan, naaaaa (lagi) nDaru seharusnya belok ke kanan, karena yang dari arah depan nDaru itu ternyata jalan satu arah menuju perempatan ini. nDaru betul2 ndak liyat ada tanda bahwa tu jalan di depan nDaru itu ndak boleh diliwatin dari arah nDaru. Maka dengan semangat 45, ketika Lampu hijau menyala, nDaru langsung memutar gas dan melepas kopling motor, melesat memasuki jalan satu arah tersebut. Lha kok bakekok, begituh maju, nDaru liyat ada mobil2 yang lagih jalan berhadapan sama nDaru, spontan nDaru nyadar inih jalan satuh arah. nDaru langsung minggir dan nengok ke belakang, bener jugak bapak polisi sudah melesat dengan motornya. Kirain bapaknya mau ngajak kenalan, tapih langsung mintak stnk dan sim nDaru. Ya sudah, ceritanya nDaru ditilang.


Seperti orang ketilang, nDaru melesat ke pos polisi di pojok kiri perempatan tadi. Tiga polisi sudah ada disana dan nDaru mulai diceramahi, dari yang jalan inih cuman satuh arah, stnk ndak boleh ilang, dsb. Si bapak sudah menawarkan tiga opsi, saking ndak mau denger kalok nDaru bener2 ndak tau. Pertama, sidang! Duwa, transper duwit ke bank terdekat. Ketiga, nDaru ndak usah sebutkan, situh pasti tawu apa maksud nDaru. Karena gerah, nDaru mbukak jaket yang selama inih membungkus tubuh cungkring nDaru. Tanpa nDaru sadar bahwa nDaru sedang memakai kaus yang ada emblem sebuah setasiun tipi terkenal. Lhaaaa kok bapaknya tiba2 bilang nDaru musti sidang sajah. Laluh, bapaknya tanyak mau liputan apah. Ahahahaha spontan nDaru sadar bapaknya takut sama kaus nDaru, jadih nDaru terusin sajah nggambleh kerja di tipi. Hihihihi. Lha, salah sendiri. Wong nDaru sudah cerita yang sebenernya ndak ditanggepin, tak gamblehi malah dipercaya, ya sana makan boongan nDaru.


Yang mbikin nDaru jengkel dan ngigit2 adalah, di surat tilang nDaru tertulis sebuah alamat yang (sumpah) ndak jelas dan ndak pernah eksis. nDaru kan ndak tawu Semarang, maka begitu nyampek di kantor besoknya nDaru brosing di internet alamat ituh. Lha ndak ketemu je. Laluh, nDaru menuliskan kata kunci "Pengadilan Negeri Nganu", weee kok ternyata pengadilan ituh beralamat di Jalan S, tapih daerahnya memang betul daerah yang ditulis si bapak. Cuman, endak ada nama jalan yang ditulis sama bapak tadih. Mau nDaru nyarik sampek Beruk jadi anggota DPR yo ndak ketemu.


nDaru terus bertanya-tanya, ini surat tilang kan surat resmi to ya? kok ditulisnya sembarangan. Lha kan nDaru bukan orang semarang. OK lah dengan bertanya sama orang kiri kanan tu Pengadilan bisa ketemu, tapi lalu bagemana dengan legalitas Surat Tilang ini? Apa masih legal dan endak cacat hukum? Kalok memang dianggap legal dan tidak cacat hukum, ya sudah, berarti memang nDaru musti memaklumi bahwa negara ini belum terlalu bijak dalam urusan penegakan hukum dan tata tertib jalan raya


Jumat, 23 Juli 2010

Jaman Sekarang

Tadi sore, nDaru mampir ke minimarket kecil deket rumah untuk membeli bahan makan malem. Gara-gara nemenin Juminten ngedit video seminar ituh, nDaru lupa belon ke pasar, jadi satu-satunya alternatip yak e minimarket ituh. Eh, baru sajah nDaru markir motor butut nDaru, ada bapak2 sok ganteng yang berkostum balap lengkap ala Palentino Rosi yang tiba2 sajah dateng dan markir motor Supra kemplingnya kluaran taon inih sembarangan. Si motor berbadan lebar ituh dibiyarin mepet motor butut nDaru dan alhasil nDaru ndak dapet tempat buat menginjakkan kaki ke tanah. Yah, sabar. Untung tubuh nDaru inih langsing nan lentur, jadi kaki nDaru ndak sempat nyenggol knalpotnya.


Ternyata, bapak jenggotan wagu ituh ndak selese bikin kesal. Pas bayar di kasir, si bapak langsung nyrobot antreyan nDaru dan dengan pedenya meletakkan barang2 dia di tempat embak kasir. Untung, embak kasirnya mangsih menghargai budaya antri, jadi nDaru yang dilayani duluan. Habis ituh, nDaru mampir ke depan minimarket untuk membeli beberapa gorengan, keingetan anjing2 di rumah ndak ada lawuh, jadi ya beli gorengan ituh sajah buwat lawuh Kliwon, dkk. Eh, si bapak lagi2h menyrobot antriyan nDaru. Endak cuman bapak ituh sajah, tapi jugak embak2 sok gawul dengan dandanan ala sinetron dan ibuk2 kelewat masa puber yang berpakean seheboh badut orderan ultah yang asal nyerobot.


Heran. Jaman dari Panglima Polim SD duluh, masyarakat Indonesiya inih masih jugak endak mengembangkan etika sosial yang semestinya. Akhir2 inih nDaru sebel kalok bawa motor di jalan raya, lha adanya orang2 yang kebanyakan duwit tapi tolol. Mereka bisa beli motor super kempling tapi ndak kuwat beli panduan berkendara yang bener. Coba situh amati di sekitar tempat situh. Sekarang, motor2 tampil super yahud, dari teknologi sampek ke penampilannya. Yang naek motor2 ituh jugak pakek pakean gawul dan helm kinclong. Eh, kalok helmnya dicopot ternyata yang punyak motor mukaknya ndeso dan mrongos. Pun, ditambah dengan kelakukan mereka yang urakan. Nyalip seenaknya, belok ndak pakek riting, dan hobi motong jalan orang. Kalok diingetin dengan klakson normal sajah, mata mereka melotot, lebih jelek dari mata ikan mujaer.


nDaru merasa ndak percaya sama para pengendara di jalan raya. Mereka yang bermobil keren macem Toyota Harrier ato Daihatsu Terios pun terlalu asik berkendara dengan kaca mata hitam mereka sampek ndak liyat kalok motor di sebelah mereka kehabisan jalan. Ituh kenapa nDaru selalu sangu batu kerikil di kantong jaket tiap kali pergi. Mungkin, dengan kelakuan nDaru yang maen lempar kap mobil emang ndak beretika jugak, tapih nDaru sudah putus asa. Mereka ndak bisa lagih diajak ngomong, mungkin otak mereka udah pindah, jadi kalok dilempar batu gituh baru sadar kalok tindakan ngeblong sakpenake dewe ituh salah.


Pun juga cerita Juminten tentang mahasiswa2nya. Mahasiswa yang diajar Juminten kebanyakan berdandan heboh, lebih heboh ketimbang make up-nya diva Indonesiya. Penampilan mereka serba gawul, tapi kelakuan ndak manusiawi babarblas. Ada yang telat masuk ke kelas 30 menit dan malah tanyak, “Lha inih sudah telat banget to buk?”. Belon kalok mbikin makalah, bisanya cuman njiplak dari internet dan endak sadar mereka sudah menjadi plagiat. Ada yang lebih heboh lagih malah. Seorang mahasiswa Juminten mengiriminya email dengan isi yang pantes kalok diadukan ke polisi atas nama pelecehan. Dan, si mahasiswa endak berani mengakui perbuatannya, malah ngarang2 cerita yang semakin menunjukkan kalok dia bener2 tolol.


Begitulah. Jaman sekarang, susah menemukan orang yang memang punya etika yang baek. nDaru jugak mulai mempertanyakan mau dibawa kemana pola hidup manusiya sekarang, ato mungkin kita perlu nunggu jaman Kingkong minum soda dulu, barulah ada perubahan yang lebih baek.


Selasa, 13 Juli 2010

Hidup Semudah Maen Sekak

Buat sebagiyan orang, nyarik duit 200rebu rupiyah itu gampang lho, bagemana endak, situ tinggal mendaptar jadi panitiya seminar, lalu ndak pernah nongol rapat dan kegiyatan laen, terus dateng 1 jam sebelon acara selese, tanda tangan, dan situ ndapet duit 200rebu + sertipikat jadi panitiya semlok yang diadaken sebuah ikatan. Mudah to? Ndak sulit sama sekali, bahkan ponakan nDaru yang kencing aja masih di popok bisa melakukannya. Situ cuman perlu punyak bapak yang jadi pengajar seniyor di institusi yang memperkerjakan situ. Bahkan, ndapet duwit 25 ribu perak+ makan siang penuh gizi itu cuman butuh singsot dan menadah tangan. Syaratnya ya cuman itu tadi, bapak situ suruh nggosok mukanya biar ndak gampang malu, lalu ngemis-ngemis kerjaan buat situ.


Situ ndak perlu ngiri. Sebagemana Juminten temen nDaru itu. Dia dongkol setengah hidup ketika sama-sama njadi panitiya semlok itu. Dia sudah susah-susah ngincer viewfinder sebuah kamera VHS, nenteng2 tripod yang gedenya hampir sama dengan badannya, ndengerin pembicara yang kadang makalahnya ndak mutu babarblas, lalu ngedit video semalem suntuk, ndapet duitnya jugak sama dengan orang yang diceritakan di muka tadi. Adilkah?


Ya adil ndak adil. Kalok menurut orang paling goblok sedunia yang kebetulan lagi jadi atasannya Juminten itu, keadaan seperti itu dianggep adil. Dan kalok situ menilai kondisi itu adil, ya ndak masalah. Dalem otak nDaru yang 60% isinya soal kabel UTP sama server induk ini, kondisi seperti diatas itu ya jauh dari rasa keadilan yang daridulu diajarin sama guru PPKn nDaru.


Tapi kalok kata Juminten, ini bukan perkara adil ato endak adil. Ini perkara menghidupi hidup. Dengan duit 200rebu yang dia terima dari ngintip viewfinder itu, Si Juminten bisa mbeli kalung anjing buat Retreiver Hitam dan Rottweiler putihnya, beli celana kargo diskonan di sebuah mall, dan makan-makan di angkringan langganan si Juminten. Dan ketika dia pergi ngajar makek celana kargo diskonan itu, banyak mulut berdecak kagum melihat penampilan Juminten. Sementara, rekan panitiya Juminten yang diceritakan di muka tadi, kalok menurut terawangan juminten yang sok kleru itu, pasti buat mbeli bedak dan alat kosmetik buwat wajahnya yang mepet itu, biyar keliyatan kinclong, tapi ya emang bawaannya jelek ya ndak nolong banyak.


Banyak orang di duniya ini yang idupnya semudah maen sekak. Kerja tinggal nebeng di ketek bapaknya, mintak duidh, tinggal membalik telapak tangan, dan jreng..secara ajaib tiba2 ada duidh segepok di tangan, dan kemudahan kemudahan laen yang bisa didapet seumur hidup dia. Ndak perlu mikir jauh muter otak buat mbeli beras sendiri, koyak kayuk anggaran bulanan biar pas sama duidh yang didapet, lalu mingsih muter otak mbikin cara kekmana mencerdaskan bangsa ini,.healah...Jujur nDaru benci orang-orang bermental t41 ayam dan otak sambel korek basi kek gitu. Orang yang ndak pernah paham apa itu determinasi, apa itu mencintai pekerjaan.


nDaru ndak yakin orang2 kekgitu punya rasa malu pada institusi yang sudah menjadikan mereka SARJANA. Sebuah paradox yang memiriskan hati. Ayo dong, mereka lulusan sebuah fakultas mentereng dari sebuah Universitas Swasta elit yang terakreditasi A oleh BAN PT, dengan predikat Cum Laude. Cum Laude sodara-sodara, catat CUM LAUDE. Masak nyarik kerjaan nebeng bapaknya. Beuh...bener-bener ndak keren dan memalukan kalok buat nDaru.

Dari sekian puluh taon perjalanan hidup nDaru, 1 pelajaran mahapenting yang nDaru dapet, cintailah apa yang kamu kerjakan dan kerjakanlah apa yang kamu cintai. Adios

Kamis, 08 Juli 2010

Kenapa Indonesia Belon Bisa Ikutan Piala Dunia?

Sean eternos los laureles
que supimos conseguir,
que supimos conseguir.
Coronados de gloria vivamos...
¡o juremos con gloria morir!,
¡o juremos con gloria morir!,
¡o juremos con gloria morir!


itu adalah potongan syair Himno Nacional Argentino, lagu kebangsaan Argentina yang dulu nDaru nyanyikan setiap hari sekitar 19 tahun yang lalu. nDaru sekolah di Sekolah Dasar Berstandard Internasional, catat ya, sekolah berstandard internasional. Setiap hari, sebelum masuk sekolah, nDaru dan teman-teman yang lain berjajar rapi di muka kelas, lalu kami bersama-sama nyanyi lagu kebangsaan Argentina itu, ndak terkecuali nDaru, dan teman-teman lain yang bukan berasal dari Argentina, kami menyanyikan lagu itu dengan telapak tangan kanan memegangi Bandera Oficial de Ceremonia, Bendera Argentina kecil yang dipasang di dada kiri seragam kami. Jika kami melirik ke kiri atau ke kanan sedikit saja, dan kemudian ketahuan, seorang guru akan menghampiri kami dan berdiri di depan kami sampai kami memfokuskan pandangan kami pada ketua kelas kami di depan.


6 tahun kemudian, setelah kembali ke Indonesia selama hanya 2 tahun, nDaru ikutan babe lagi ke negeri tetangga kita, Philipina. Kebiasaan itu berulang kembali, hanya waktu di Philipina, kami masuk ke kelas dulu, lalu hormat pada Bendera Philipina yang dikibarkan di pojok kiri kelas. Dengan hormat dan khidmad pula, nDaru juga dipaksa untuk menyanyikan lagu Lupang Hinirang. Setiap hari kami nyayikan sehingga, kami hapal di luar kepala, dari awal sampai akhir lagu. Ndak lama setelah dari Philipina, nDaru ikutan babe lagi ke negri Paman Sam, USA, Land of Freedom, Home for the Brave. dan banyak lagi sebutan-sebutan yang lain yang membangkitkan semangat warganya untuk mencintai negaranya itu. Setiap acara resmi, harus didahului dengan menyanyikan lagu "Star Spangled Banner". Mbok sampeyan ketemu pengemis lagi mintak2 di pinggir jalan, trus sampeyan mau ngasih dengan imbalan si pengemis nyanyi lagu "Star Spangled Banner" dulu. Do'i pasti hapal sampek selesai. Babe pernah ngetes soalnya.

Apa yang terjadi di Indonesia? Kemarin ketika nDaru ikutan sebuwah seminar tentang pembangunan karakter bangsa, Lagu Indonesia Raya ini endak dinyanyikan sodara2..Hanya di putar dari CD saja. Hanya beberapa saja orang yang ikutan menyanyikan lagu kebangsaan itu. Mungkin ndak ada hubungannya nyanyi Lagu Kebangsaan sama ikutan Piala Dunia ya..eits tunggu, apa yang menyebabkan Vietnam menang perang lawan Amrik? Apa yang menyebabkan produk-produk china begitu membanjir di pasar2 dunia? Kenapa pemain Badminton China begitu jaya?


Menurut nDaru sih jawabannya simpel. Mereka begitu mencintai tanah airnya. Sangking cintanya mereka mau berlatih sepak bola siang malam pagi sore biyar biasa ikutan Piala Dunia. Biar menang Piala Thomas Uber. Sekarang kalok mereka bisa, napa Indonesia gak bisa? sama2 manusia kan? mungkin beda di rambut ma potongan wajah aja.

Banyak orang Indonesia ini yang males, ndak mau usaha maksimal, prinsip ekonomi "modal dikit dapet gede" begitu mengakar. Dan yang jelas, banyak orang ndak gitu mencintai negeri ini. Lha itu tadi buktinya, nyanyi Lagu kebangsaan aja enggan, bukankah itu sebuah bentuk ketidakcintaan pada negara? Sekarang ada kah Upacara tiap hari senin? setau nDaru, upacara senin diganti setiap tgl 17 saja setiap bulannya. Betul2 negeri yang aneh. nDak heran kalok jadi susah ikutan piala dunia

Senin, 05 Juli 2010

Akhir Piala Dunia Buat Saya

Tanggal 2 kemarin, buat nDaru sudah menjadi akhir dari Piala Dunia 2010, setelah akhirnya Argentina kalah telak dari Jerman. Mungkin bakal banyak orang mencibir nDaru dengan ide nDaru itu. Ya ndak papa, mau dibilang fanatisme yang kebablasan dan menjurus pada nasionalisme semu ya ndak papa..nDaru punyak alesan sendiri kenapa nDaru nge-fans abis sama sepak bolanya Argentina. Setelah PSIS jarang-jarang maen di kompetisi duniya. nDaru memilih buat mensuporteri Argentina.

Kenapa Argentina? bukan Itali atau Spanyol yang pemainnya kata orang tampan-tampan itu. Bukan itu. nDaru memilih Argentina, soalnya nDaru pernah tinggal cukup lama disana. Pertama kenal si kulit bundar ya di negaranya Evita Peron itu. Ceritanya agak unik, waktu itu tahun 1994 nDaru boyongan dengan mami ikutan babe nDaru yang ndapet tugas ke sebuah kota kecil di pinggir pantai timur Argentina, Rio Gallegos.

Waktu itu, nDaru berumur sekitar 8 tahun. Pada suatu hari, nDaru dan babe keliling-keliling kota nyarik les piano buat kegiatan nDaru setelah selesai sekolah, waktu itu, abis sekolah nDaru cuman bisa bengong, mau maen, nDaru gak ngarti bahasanya,lagian di lingkungan nDaru itu, jarang banget ada anak2 seusia nDaru. Dan Bahasa Spanyol termasuk bukan bahasa yang mudah untuk dipelajari anak seusia nDaru. Itu baru bahasa Spanyol, banyak anak tetangga-tetangga nDaru yang cuman bisa bahasa Matacos, kek bahasa jawa kalok di semarang. Na, babe mencarikan nDaru kegiatan yang sekiranya bisa mbikin nDaru cepet blajar dan beradaptasi di lingkungan baru. Kami keliling-keliling nyari2 les2an seharian ndak dapet2, akhirnya, babe melihat sebuah plakat dalam bahasa spanyol. Sekolah Sepak Bola untuk anak cewek usia 8 - 15 tahun. Dasar babe orang antik, nDaru ditanyak, mau ndak sekolah bola. Dan nDaru setuju. Waktu itu kami mikirnya kan belajar piano hanya tujuan sekunder saja.

Itulah awal nDaru kenal dengan sepakbola. Meski ndak pernah ikutan kompetisi profesional, minimal nDaru pernah ngicipi bagaimana berlatih sepakbola yang benar. Sangking semangatnya, kadang nDaru dateng dan nggabung di kelas orang laen. Di Rio Gallegos, banyak sekali hal yang berbau-bau bola, poster2 Diego Maradona, dan pemain2 ngetop seperti Claudio Caniggia, Diego Simeone, Oscar Rugerri, dan banyak lagi, cuman 3 itu yang sering nongol di poster. Buat warga Argentina, dan sebagian besar warga Amerika Latin, Bola sudah seperti agama. Setiap minggu, banyak sekali anak2 bermain bola di pekarangan rumah2 mereka. Bahkan, banyak orangtua yang cemas ketika anak laki-lakinya ndak sukak maen bola. Di setiap komplek, mereka pasti punyak lapangan kecil buat maen bola. Sarana dan prasarana penunjang sepakbola dijadikan program pembangunan wajib di setiap kota. Bahkan dulu nDaru sering ndenger seloroh, kalok seorang developer pergi ke walikota dan mengajukan proposal pembangunan pasti walikotanya nanyak "lapangan bolanya dimana?"


Argentina ndak jauh beda dengan Indonesia, ya iklimnya, ya penduduknya, Rio Gallegos sendiri kotanya mirip-mirip kota Klaten di pinggir laut, gak terlalu padat, dan hanya beberapa hektar saja. Satu yang membedakan, ya kegilaan mereka pada bola tadi. Sekolah-sekolah sepakbola begitu subur bermunculan disana. ndak heran jika mereka punya talenta-talenta ajaib seperti Lionel Messi atau Gabriel Batistuta.


Satu hal yang patut dan musti ditiru dari orang-orang Argentina adalah kecintaannya pada bola. Mereka ndak hanya berhenti di treak2 di depan tipi ato nonton bareng di kafe mbuncitin perut. Setelah nonton, mereka biasanya bermain di halaman rumah yang rata-rata lmayan besar, cukup buat sekedar oper-operan bola. Mereka masih menyisakan tempat diantara bangunan2 tinggal ndak semua dijadiin rumah ato mall. Banyak talenta hebat di Indonesia ini. Sayangnya, kurang ada pembinaan yang bener-bener kontinyu.


Selamat Pulang, Don't Cry for Me Argentina