Jumat, 27 Agustus 2010

Nasionalisme Setengah Mateng

Beberapa hari ini kalok sampeyan liyat berita, pasti ngerti kalok sekelompok orang di negara kita ini lagi santer mau bertikai dengan negara tetangga kita yang ngakunya serumpun itu. Ada yang mbengok2 "Ganyang!!!......Serang!!!...Serbu" ada yang nekat nglemparin e'ok ke gedung kedubes negara serumpun itu, ada pula yang getem-getem emosi sambil mbakar n nginjek2 benderanya negara itu. Pokokmen heboh dan terlihat bernasiyonalisme banget deh.


Kalok nDaru sih, pengin ndatengin Menlu negara tetangga yang kemaren nggambleh di tipi soal dia yang udah ndak sabar sama ulah orang-orang itu. Lha kalok dia cuman digituin aja bilang ndak sabar, kita yang seriiiiiiiiing banget diusilin dan dihina-hina, diinjek-injek harga diri bangsa kita  sama mereka itu apa ndak simbah buyutnya sabar<--ini sangking sabarnya to. Datengin aja menlunya terus diajak tukaran, debat kusir soal siapa yang paling rese', nanti kalok luput sabarnya yaaaa....hyat dhiyesss sedikit lah.


Tapi kok nDaru terus noleh ke negara kita tercinta ini. Yang katanya baru saja ulang tahun ke 65 kemerdekaannya. nDaru malah jadi malu ati. Malah sempat terbersit, apa memang negara ini pantes dihina2. Lha piye to? Presiden cuman satu aja kok ya ngeluh terus. Pejabat2nya korupsi. Rakyatnya banyak yang mbrengkele aliyas susah diatur. Banyak anak muda yang sukak lagu melayu mendayu2 cengeng ndak mutu, daripada nyanyi lagu Gundul-Gundul Pacul, Sajojo, ato lagu daerah laen. Jangankan lagu daerah, lagu perjuangan aja banyak yang ndak apal. Banyak anak muda yang malah ndak apal lagu Indonesia Raya, bandingkan dengan rakyat negeri tetangga itu yang meski lagu kebangsaannya njiplak lagu Terang Bulan, tapi pada apal di luar kepala. Lalu bandingkan lagi tingkat kesadaran berlalu lintas antara sodara2 sebangsa kita dengan warga negara cules itu. Di KL, orang mau antre bang jo, orang mau tertib mentaati rambu-rambu. Mbuang sampah juga pada tempatnya. Lha kalok di negara kita? Jangankan tertib lalu lintas, SIM aja nembak.  Buang tisu ato bungkus makanan juga dengan santai saja di jalanan.


Kesimpulannya.....Kalok mau ngganyang, mau nyerbu, mau nyerang negara rese' itu ya ayo ayo saja..Ha tapi mbok ya ngilo githoke dewe dulu.

Kamis, 26 Agustus 2010

Simbah

Sumribit angin midhit rena rena ngelus langit sore
Manuk grejo bali ing pucuking sanakeling
Tumekaning surup sing tintrim nyenyet
Gawang-gawang katon pasuryanira

Sawah, pategalan bawera sa' kiduling kedung
Lumaku saktengahing kunang-kunang
Kumelip sangu wangsit saka pucuking Gunung Merbabu

Dhuh Simbah Putri kang wus tumeka ing kasedan jati
Wayahira isih nyawang pucuking Gunung Merbabu
Ana ing saktengahing sawah pategalan sing dadi pangeling

O, Simbah Putri
Saiki panggonanira ing pangayunaning Sang Akarya Jagad
Isih bisa nyawang ana ing panggonan lan padintenan iki
Sawangen wayahmu


P. Budiningtyas
-----


Puisi nekat ini nDaru tulis pas ultah simbah putri nDaru dari Jogja kethip sana. Untuk pertama kalinya nDaru ndak ngucapin sugeng tanggap warso secara langsung karena simbah sudah dipanggil Tuhan setahun lalu. Memang, berbicara soal simbah selalu punya kesan yang beda buat cucu ya, apalagi kalok sebagai cucu kita deket sama simbah kita. Buat nDaru, nDaru ndak cuma menghadapi sosok simbah putri yang mbengok nyuruh nDaru makan ato mandi dan ngelus2 jidat nDaru supaya nDaru cepet tidur, tapi juga sebuah pribadi yang berani menjalani tiap peran dalam tiap lakon hidup yang berbeda selama hampir 80 tahun.

Dia lahir di jaman negara ini belum merdeka. Bahkan, dia jugak sempet ngikut perang meski nDaru yakin simbah ndak megang Tommy Gun ato M3A1 pas itu. Soale dulu nDaru pernah tanyak kekmana megang senjata itu, tapi simbah malah njawab ,”Simbah nek perang mung sangu minyak, ben ra dicokoti nyamuk”. Walah! Tapi dari keterlibatan itu simbah membawa sebuah prinsip untuk ndak menyerah melakoni hidup yang kadang pagi dele dan sore jadi tempe, ndak jelas mau kemana.

Ketika setelah jaman merdeka dan memutuskan menjadi seorang pengajar, dia rela jalan kaki belasan kilo buat ngajar murid-muridnya. Komitmen itu ndak berubah sekalipun kemudian dia harus mengurus enam orang anak. Malah, simbah ikutan jadi pengurus Dharma Wanita, PKK, dan kegiatan lain. Kalok denger dia cerita kegiatan rutinnya di dua organisasi itu, nDaru bisa mbayangin simbah ini ndak pernah berhenti pidato menyemangati teman2 sekompariotnya dan ndak sekalipun mingkem, selalu ada ide kreatip.

Di rumah, dia jadi sosok ibu yang melindungi dan mengarahkan anak2nya dengan sungguh2. Bulik nDaru dulu pernah pulang kemaleman dan disemprot disuruh pulang pagi sekaliyan. Hihi. Tapi, dia menyambut anak2 dengan sapaannya yang hangat tiyap kali mereka pulang dari sekolah dan memanjakan mereka dengan masakannya. Ketika anak2 itu besar, simbah membiarkan mereka memilih jalan hidup mereka dan membela pulak saat mereka jatuh.

Bahkan ketika dia sudah jadi simbah, dia ndak mau cuman duduk diam di rumah. Dia sering nyepur ke Jakarta buat nemuin nDaru ato ngangkot ke tempat bulik dan paklik nDaru hanya untuk merayakan ultah sepupu2 nDaru. Tapi, selanjutnya saat usia makin uzur, simbah ndak bisa terus-menerus travelling dan harus rela berkutat dengan tubuh tua dan penyakit. nDaru sempet melihat bagaimana dia frustasi dengan keadaan itu. Sebagai pribadi yang memegang teguh prinsip, dia pengen tetap aktip mengemudikan setir kehidupannya. Lalu, dia pun sampai pada satu sikap:pasrah.

Dia jugak sama seperti manusiya lain: pernah tersenyum, pernah begitu bahagianya, pernah terobsesi akan sesuatu, pernah kecewa jugak. Tapi bedanya, dia menghadapi segala ketidakmestian masa tua dengan berani dan rela bilang saya selesai. Setelahnya, dia menutup mata dengan senyum manis dan wajah berseri. Awal manis untuk sebuah kehidupan baru yang abadi. Dan, nDaru akan selalu merindukan sosok itu.

Senin, 23 Agustus 2010

Sumpah, saya buluk lupa(buruk rupa~cadel)!!!



Ini ceritanya nDaru mau ikutan kuwis di Blognya bang Arman lho!

Jadi belionya itu mbikin kuwis yang bisa menyebabkan saya ndapet sepatu baru --kalok beruntung lho yaa-- mangkanya nDaru langsung mengundang seorang wartawan inpotemen buat mewawancarai 2 sepatu buluk nDaru yang sampek saat ini masih nDaru pakek, satu sneaker dan satu jogging shoes. Kisah dua sepatu butut kesayangan nDaru itu akan dikupas tuntas dan tajam, setajammmmm...pisau dapur tumpul nDaru yang sukses diklethak Tukul<----gaya Feni Rose membawakan acara inpotemen di tipi berlogo Burung Rajawali. Berikut wawancara seorang wartawan inpotemen dengan 2 sepatu nDaru yang ditemui di sebuah rak sepatu.

Wartawan: "Mmm...jadi bagaimana kisah Anda dan juragan Anda?" (Sepatunya udah les Bahasa Indonesiya)
Gabino: "Saya Gabino. Saya tak crita asal usul saya sek ya..Jadi gini, saya lahir di pinggiran Itali, lalu saya naek pesawat dan diimport ke Singapur. Saya lupa itu tahun berapa saya ke Singapurnya, tapi yang jelas, saya sempat mejeng di sebuwah mal terkemuka di Orchid Road, tapi sampek beberapa lama, saya ndak ada yang mbeli. Terus setelah beberapa lama, saya pindah ke sebuwah rak obralan dan berjejal sama sepatu2 yang ndak laku laennya. Udah gitu, harga saya diturunin jadi mentok 35 SGD. Saya sediiiiiiiih banget deh. Lalu pada suwatu petang, tiba2 saya diambil oleh juragan saya yang sekarang ini. Waktu itu, si embak itu dengan semangat nyobain saya di kakinya dan ternyata dia demen banget sama saya Saya lalu dibayar jreng ke om2 botak dan ndak keren, si pemilik toko."


"Lha terus saya ini naek pesawat lagi. Kalok dulu saya naek pesawat di ruang kargo, kali ini saya naek pesawat di ruang bisnis, lumayan lah. Saat itu saya lagi melaksanaken tugas perdana saya melindungi kaki bos saya itu. Ndak lama saya naek pesawat, saya turun di sebuwah airport yang yaaaaaaa ndak bersih2 amat, walo ndak bisa dibilang kotor. Saya mbaca tulisan di papan nama itu tertulis, Bandara Internasiyonal Soekarno-Hatta. Ternyata perjalanan saya belon berakhir. Dari situ saya dibawa sama bos saya ke sebuah setasiyun kereta api. Ternyata saya naek kereta api jurusan Jogjakarta. Wah jan ternyata bos saya itu ya ndak kere-kere amat, wong mampu naek kereta eksekutip. Singkat cerita lak saya ini sudah sampek Jogja to, eh kok ternyata disana hujan. Si bos langsung nyopot saya dan dimasupin ke tas kresek item. Sepertinya si bos itu care banget takut kalok saya rusak kena aer. Terus sudah, saya ndak liyat apa2 lagi wong gelap gulita di dalam kresek. Tau2 saya itu liyat benda putih mulai mengoyak2 tas kresek yang membungkus saya itu. Saya perhatikan lagi kok LHADALAAHHH, saya jan ketakutan banget! Lha kok ternyata gigi anjing. Dengan beringas gigi-gigi itu berhasil mengoyak tas kresek sampek hancur, terus lidah saya ikutan digigit. Aduh! Untung saya ini ndak punyak sensor sakit. Ya memang ndak sakit, tapi kan bentuk saya jadi ndak karu-karuan. Untung si bos cepetan dateng dan menyelamatkan saya dari bentuk yang lebih parah. Saya ditarok di kamar di depan kaca. Saya bisa liyat badan saya ini ndak lagi seksi dan keren, tapi ternyata bos saya masih sukak memakai saya kemana2. Saya diajak jalan2 ke berbagai tempat. Saya pernah nginjek yang namanya salju di Seoul. Saya pernah nginjek aspalnya Motegi, tapi saya jugak pernah nginjek t*i ayam, dan clepretannya lumpur Lapindo. Wah pokokmen seru lah! Saya ndak tau kok si bos sukak banget makek saya.Mungkin karena sayang dengan duid yang dulu dipakek nebus saya itu kali :D..Sudah mbak begitu kisah saya. Kayaknya saya abis ini mau dipakek sama bos saya,manjat2 tower ato kalok ndak naek motor ke luar kota. Ini lho sampe2, warna kulit saya yang dulu biru muda cakep, sekarang berubah agak mbladus."


Lalu, si wartawan inpotemen itu beralih ke sepatu nDaru yang satu lagi, kebetulan dia ndak bisa Bahasa Indonesiya.

Wartawan: "How about you, Mr. Saucony?"
Saucony: "Mmm..My boss bought me when she was 17 years old. She was in Senior High School and she followed her father to move to San Rafael, Marin County. I often heard that she saved her money regularly to buy me. Well, I guess she is my big fan. I have been serving her for 9 years. One of the memorable duties was she wore me crossing the Golden Gate. At that time, I saw wonderful view from the sidewalk. I could see San Francisco from the place I stood up. Unfortunately, it wasn't weekend that I couldn’t step in the sidewalk facing the sea. Honestly, I wanted to get pictured there. Poor me! Afterwards, my boss often wore me for playing tennis. Yet, now she seldom plays her favorite sports. Perhaps, she is busy now, selling software could be the reason."


Wartawan: "Yak, demikiyan wawancara saya, langsung dari Rak Sepatu si nDaru, kembali ke Anda di studio, Feni"




Sayah Pengen Jadi Koruptor

Sumpah! Itu cita2 sayah setelah nanti sayah berinkarnasi menjadi manusiya. Sekarang, sayah cuma seekor anjing kutilang (kurus, tinggi, langsing meski ndak kurus banget) dari bangsa retriever. Nama sayah Tuzien Kurtzweil van Bronchoost tapi biasa dipanggil Tukul. saja Kalok sampeyan pernah mbaca sebuah buku karya Garth Stein yang berjudul Enzo, sayah juga meyakini bahwa suatu saat nanti sayah akan berinkarnasi jadi manusiya ketika hidup sayah sebagai anjing ini berakhir. Selama hampir satu tahun ini sayah hidup bersama bos yang kece dan pintar itu, sayah sudah cukup banyak belajar tentang dinamika kehidupan manusiya. Soale saya itu sukak ikutan nongton berita di tipi berita kegemaran bos saya. Dari sekian banyak anjing, sayah termasuk yang siyap menjalani kehidupan sebagai manusiya dan besok kala masa itu dateng, sayah pengen jadi koruptor, koruptor yang hidup di Indonesiya tentunya.


Lha, gimana endak coba? Jadi koruptor di Indonesiya itu bener2 nuikmat. Sampeyan cuman butuh aji-aji pinter bin licik, mirip sayah yang disiplin kencing di halaman depan rumah tapi sekali2 masih bisa ngencingin wc-nya biyar bos ngrasain bau kombinasi pete dan jengkol sayah yang ndak diguyur air, jadi bos masih berpikiran sayah anjing yang manut. Sampeyan cuman butuh ngelmu tambah2an, satu tambah satu gitu, lalu sampeyan harus menguasai situasi dan kondisi lapangan, sudah setelah itu maen tembak angka sampeyan sudah dapet berton2 kertas Rupiah, mau milih Dollar jugak boleh. Sampeyan jugak cuman perlu belajar menebar pesona, kelihatan bersahabat dengan banyak pihak jadi sampeyan bisa meminta perlindungan dari mereka yang seharusnya nendang sampeyan kalok sampeyan korupsi. Dan, jangan lupa untuk menampilkan profil yang rendah hati setelah nyolong duit, yaaaa nyumbang yatim piatu, yatim pianu, ato yatim2 yang laen lah, ngajakin mereka makan bareng ya boleh.


Setelah dapet karungan duit itu, duitnya didepositoken di bank luar negeri yang menjamin keamanan identitas penabung, macem di Suwis sana. Wes to, cuman butuh satu tahun sampeyan sudah bisa menjamin hidup sekaligus mesen rumah masa depan kok. Dijamin, dalam waktu satu tahun kasus sampeyan ndak akan ketahuan. Kalok ketahuan ya ambil sedikit duit dari deposito dan sodorin ke mereka, dijamin mingkem. Nasib sampeyan bakal beda dengan profil tahanan seperti ini: anak jalanan yang terpaksa menghujamkan pisau lipat kecil ke perut preman karena harus mengamankan duit buat makan ibu dan adeknya, perempuan yang memukulkan botol ke kepala lelaki hidung belang yang akan memperkosanya, simbah2 tua yang ndak punya maksud nyolong pete tetangganya yang juragan pete, dan istri pejuang kemerdekaan Indonesiya yang suaminya sakit2an dan terpaksa masih numpang rumah milik negara. Hukum akan seratus persen memihak sampeyan. Wes to percayao sama saya


Kalok siyal2nya harus dibui ya ndak masalah. Lho, jangan salah! Hukuman buat koruptor Indonesiya itu ringan kok, paling ya enam tahun. Itupun masih bisa didiskon, paling2 sampeyan bakal menempati bui setengahnya saja. Lagipula, sampeyan bisa mesen sel bui seselera sampeyan. Pengen yang kamar suite Hyatt ada, tipe suite Merriot ya mungkin jugak ada. Jadi, anggep itu seperti liburan panjang di dalam kamar mewah. Nanti kalok bosen sampeyan bisa keluar barang brapa jam gitu. Tapi, jangan lupa, ambil deposito buat mereka2 yang ngurusi akomodasi sampeyan.


Dengan modal senyum dan bagi2 duit (secara sembunyi pasti), sampeyan sudah dicap berkelakuan baik dan tunggulah hari ulangtahun presiden kemerdekaan negara, grasi, abolisi, dkk ngantri buat sampeyan. Keluar penjara, sampeyan sudah bisa menikmati hasil jerih payah mendeposito ke bank luar sana. Pilih setelahnya: mbangun rumah mewah di desa, pindah kewarganegaraan lalu pindah ke luar, ato menjalanken permainan yang dulu jugak masih bisa. Kalok sampeyan sakit, sampeyan pasti diterima di rumah sakit yang berkualitas, toh deposito masih numpuk. Tapi, kalok sampeyan ndak mau berurusan dengan hukum dan ndak mau jadi selebritis karena masuk tipi terus, ya gampang saja, tinggal kabur ke luar negeri lalu sampeyan sewa pengacara top dan sodorin duit ke jajaran hukum, hasilnya adalah lembaga yang seharusnya memerangi aksi sampeyan jadi kacau balau karena dikriminalisasi.


Hebat ya jadi koruptor Indonesiya itu! Grasi ndak diberiken kepada simbah2 tua yang ndak bermaksud nyolong pete tetangganya ato ke perempuan yang membunuh lelaki hidung belang untuk mempertahanken diri, tapi ke koruptor yang membuat kehidupan berantakan. Semoga saja, pemikiran di atas tadi hanya timbul di benak sayah yang notabenenya masih ndak jelas buat berinkarnasi jadi manusiya. Kalok sampe muncul di benak anak TK sedikit saja, wah..sayah ndak bisa mbayangin apa sayah masih bisa makan balungan ayam. Sekiyan dulu gamblehan saya, saya mau ikutan upacara detik-detik proklamasi di kelurahan..semoga di bolehin masuk sama pak hansipnya


--salam saya--

Tukul

Rabu, 18 Agustus 2010

Curhat Si Anjing

Nama sayah Molen. Lengkapnya Moellerz Nedhalm Geffenberg. Keren ya? Sayah anjing Rottweiler berwarna putih dan coklat. Di sekujur tubuh sayah ada bulet2 item seperti miliknya ras Dalmatian. Jadi, kalok situ nanyak apa sayah yakin sayah Rottweiler murni, sayah jugak bunging. Soalnya, begituh sayah lahir yang sayah tawu adalah nyusu simbok sayah. Sayah tinggal di sebuah rumah sederhana bersama bos sayah yang kece. Dulu, beliau menemukan sayah terkapar di jalanan gara2 ada motor nyrempet bokong sayah yang sexy. Beliau membawa sayah ke rumahnya dan merawat sayah. Sejak saat itu sayah resmi menjadi Molen, karena menurut bos sayah itu tubuh sayah bulet montok seperti molen.


Belakangan beliau menyesal dengan nama itu, soalnya sayah juaranya makan. Sampeyan tau molen yang buat nggiling semen itu to? Lha, kalok sayah ya nggiling makanan. Sampeyan sebutin semuaaaa makanan dan minuman, sayah doyan semua. Bakso? Doyan banget. Mie? Boleh. Apel? Oke. Kopi? Doyan kok. Bos sayah pengen bisa mbikin kenduri buat mengubah nama sayah, tapi sudah terlanjur tercatat di buku vaksin sayah je. Ya sudahlah.


Favorit sayah adalah sup cakar. Bos sayah memasakkan sup cakar dua hari sekali untuk sayah. Cakarnya selalu fresh dan kuahnya gurih, ndak pakek vetsin lagi. Memang, bos itu te-o-pe-be-ge-te. Lha gimana endak coba? Beliau merawat sayah dengan sepenuh hati. Sayah divaksin, diajakin jalan2, dimandiin tiga hari sekali (sekalipun sayah selalu nolak), dan ngasih nama sayah juga keren. Biasanya orang ngasih nama anjing itu ‘kan ya paling Molly, Blacky, Nelly, dkk. Lha, ini nama sayah bule banget, bule2 yang eksotis. Terus, kalok sayah ini nakal (sampeyan perlu tau kalok sayah jago nyolong makanan di dapur), bos paling banter mukul pantat sayah pakek sandal jepitnya yang ndak pernah berhasil sayah gigit.


Sehari2 sayah lebih banyak menghabiskan waktu di dalem rumah. Bos memang sedikit protektip dengan tidak mengijinkan sayah keluar rumah tanpa rantai dan dirinya. Soalnya, ya gimana ya, rata2 tetangga bos sayah pada anti sama anjing. Sayah cuman lewat saja sudah diusir sama batu kerikil. Sering sayah denger mereka bilang, “Awas ada anjing!” Sayah jadi heran. Apa salah sayah? Sayah ndak nggigit mereka, ndak nyolong makanan mereka juga, apalagi kencing di teras depan rumah mereka. Wong sayah cuman pengen lewat kok. Tapi ya, kata bos sayah, rata2 tetangga beliau ndak suka anjing. Jadi, sayah harus nrimo.


Sayah sebenernya miris dengan pandangan dan perlakuan masyarakat Indonesiya pada anjing. Rata2 mereka memusuhi anjing. Anjing yang ndak ngapa2in saja dilemparin batu. Tapi, di warung2 banyak yang menjual RW. Dan, bos sayah cerita, kebanyakan anjing yang dikonsumsi itu dibunuh dengan cara sadis: dipukul sampek mati. Mm..memang mereka mikir kami ini barang yang bisa dibanting dan dipukul ya? Padahal, kami punya nyawa, kami punya tubuh dan kami bisa merasakan sakit. Sayah saja masih inget sakitnya kaki saya yang kesleo gara2 terpleset kencing sayah sendiri pas duluuuu sayah masih imut2. Apalagi dipukul pakek kayu besar. Pasti sakit sekali.


Tiga hari yang lalu, bos sayah terlambat pulang ke rumah gara2 di tengah jalan beliau melihat beberapa orang memukuli anjing di deket kompleks rumah. Anjing hitam besar ituh, kata bos sayah, mau dibunuh. Dasar bos rocker, beliau langsung melompat dari vespa bututnya dan teriak maleeeng. Orang2 langsung dateng dan mas2 yang pada mukulin anjing itu lari. Bos sayah langsung membawa anjing malang itu ke dokter hewan. Sampeyan bisa bayangin keadaannya? Tiga kakinya patah dan satu matanya terluka parah. Untunglah, bu dokternya bisa menyelamatkan nyawanya. Sekarang, anjing itu memakai gips dan satu matanya menjadi buta, padahal kata bos sayah, dia anjing yang periang dan energik.


Sayah marah, sungguh. Apa manusiya itu ndak merasa beruntung ya? Mereka sudah dapet jatah buat menguasai apapun di dunia ini. Dari makanan, mobil, rumah, pekerjaan, bahkan teknologi super canggih bisa mereka nikmati. Mosok kami, bangsa anjing ini, yang hanya butuh tempat untuk tinggal, makanan, dan waktu untuk berlari2 ato hidup normal saja ndak dikasih. Lagipula, daging kami ini mbikin kolesterol manusiya jadi super jahat. Apa sebegitu susahkah menghormati badan dan mengontrol rasa sendiri?


Tapi yah, memang beginilah dunia. Di negara2 maju sana, hidup lalat saja dipikirken sungguh2, apalagi anjing, dapet asuransi dan jaminan hidup. Tapi disini, janganken binatang, manusiyanya saja ndak dapet hak hidup yang layak. Jadi, ya untung2an. Dan, sayah termasuk yang beruntung karena punya bos yang bener2 baek. Dengan binatang laen pun bos juga baek. Berulang kali bos bilang ndak setuju dengan delman. Manusiya mau kerja ya pakek otak dan pantatnya to, masak manfaatin binatang. Yah..sekalipun sayah ndak bisa lari2 dengan bebas seperti anjing2 yang saya liyat di pelem bos, sayah tetep bahagia kok, apalagi sayah hidup dengan manusiya yang bener2 menghargai kehidupan. Oh ya, anjing hitam besar itu sekarang dirawat sama tetangga bos yang baek juga, jadi tinggal menunggu dia pulih, sayah pasti ngajak dia maen. Sekian curhat saya di blog ini.

Senin, 09 Agustus 2010

Sayah Ogah Nonton Indonesian Idol (Lagih)

Beginilah kontes yang berbasis sms. Musikalitas, kualitas vokal, kemampuan menerjemahkan lagu, dan kecerdasan memainkan dinamika lagu hanya ditentukan oleh seberapa banyak sms yang masuk atas nama A ato Z. Dan, celakanya atas nama sms itu pulak, si pembawa acara mengataken “Indonesiya memilih”. Berarti sms2 ituh mewakili pilihan ratusan juta penduduk Indonesiya atas idola mereka. Dan, kalok memang begituh, nDaru ndak sependapat dengan (katanya) pilihan masyarakat Indonesiya kemaren malem, karena lagih2, Indonesiya inih hanya membela mereka yang bersuara merdu dan pintar membawaken lagu2 pop mendayu2 ato rock yang dipaksaken semacem lagunya Zigas untuk dijadikan sesosok idola. Indonesiya ndak siyap menerima sosok berbakat yang mampu keluar dari trend lagu mendayu2 industri musik jaman sekarang.


Coba kita lihat profil para juaranya Indonesian Idol dari season satuh. Delon, Joy, Mike, Judika, Rini, Aris dan Ikhsan sama2 punya suara merdu dan teknik vokal tinggi. Tapih, mereka tampil dengan konsep yang sama, dengan gaya vokal yang menjurus ke pop. Arransemen musik mereka pun jugak ndak jauh2 amat, yang bikin beda karena polesan tangan Andi Rianto yang memang bisa menaikkan derajat lagu2 pop yang terasa lebih garing dinyanyiken penyanyi aselinya. Jadih, diantara dua pasangan grand finalis dari season satuh sampek tahun laluh memang harus untung2an, sapa dapet sms lebih banyak.


Tapih, grand final Indonesian Idol tahun inih jelas punyak kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Igo dan Citra sama2 punyak teknik vokal yang bagus dan sama2 pintar menguasai panggung. Tapih, nDaru tetep menangkep hal yang berbeda dari dua kontestan ituh. Igo tetep sama dengan penyanyi pop laennya. Suaranya memang bagus, tapih dia ndak cukup kreatip membawa suasana lagu dan memainkan dinamikanya. Kalok liyat dia nyanyi, oh ya komentar cuman sampek di bagus, keren, lebih bagus dari penyanyi aselinya. Ituh sajah. Berbeda dengan apa yang dikerjakan Citra. Dia mampu membuat orang menikmati lagu yang dia bawakan dengan ketrampilan memainkan dinamika lagu, kapan dia harus mendorong suaranya, kapan dia cuman cukup memakai power setengah, ato kapan dia menghentakkan suaranya. Citra memang tampil dengan warna musik jazz, tapih jazz dia jugak lebih ringan daripada jazz-nya Iga Mawarni atok Belawan. Jadih, orang awam pun bisa2 saja menikmati gayanya.


Toh, masyarakat Indonesiya endak siap melihat bakat sebesar ituh. Selera mereka sudah teracuni dengan serbuan musik pop mendayu2 dan bahkan banyak yang ndak mutu babarblas. Kebanyakan musisi jaman sekarang tampil dengan lagu yang asal enak didengar, tapih kalok tampil live gituh jarang mereka ndak lip-sync. Suaranya Rian D’Massive terlihat begituh jawuh pas di video klip dan tampil live di tipi. Eh, kompetisi sekelas Indonesian Idol sekarang jugak ikut2an terbawa trend mendayu2 ituh. Lha coba sampeyan bayangken, mosok kontes Indonesian Idol kok mengundang band2 macem Ungu, D’Massive dan ST12 buwat tampil di grand finalnya. Secara, Pasha, Rian, dan Charlie nyanyinya pakek suara hidung dan suara kepala, mereka ndak nyanyi dengan teknik vokal yang bener. Ituh napa nDaru kecewa dengan kontes Indonesian Idol sekarang. Mereka ndak berani punyak prinsip. Duluh, pas awal2nya Indonesian Idol, mereka masih tetep ngandelin kualitas sekalipun kontes lain semacem AFI yang cuman menjual tampang dan asal vokal enak didenger saja sedang buming di masyarakat.


Ada satuh komentar dewan wasit eh juri di Grand Final Indonesian Idol tanggal 31 Juli 2010 laluh yang ndak nDaru setujuin. Pas Citra duet bareng Dira Sugandhi, dia dikritik terlalu emosi membawaken lagunya. Lha, kalok nDaru liyat, Igo jugak kelihatan emosi duet dengan Zigas sehingga dia pun ikutan membawaken lagu dengan menghentak2 dan malah fals pas di nada tinggi. Tapih, juri endak mengkritik bagiyan ituh. Menurut guru koor nDaru duluh sih, emosi membawaken lagu ituh sah2 sajah kok, asal ndak bikin kaco bahkan fals. Lha, kalok fals ituh baru kejahatan besar penyanyi. Makanya, menurut nDaru, para jurik ituh ndak fair dan mungkin besok lagih butuh update hearing mereka.


Memang sih, nDaru cuman belajar piano klasik dari SD dan ituh pun ndak selese. nDaru jugak cuman belajar koor di gereja. Suara nDaru jugak ndak bagus, kalok koor lebih ditutupin sama suara temen nDaru laennya. Kalok dibandingin sama Agnes Monica suara nDaru pasti jawuh banget. Arransemen nDaru jugak endak secanggih arransemennya Erwin Gutawa. Arransemen nDaru mentok di tingkat RT doang. Tapih, nDaru mau menghargai mereka yang mau tampil beda dan ndak asal ikut trend sajah. Kalok sekarang Indonesian Idol sudah ikut2an ngepop norak bergembira, nDaru menyayangken masyarakat Indonesiya inih ndak lagih punyak tontonan musik yang mendidik. Jadih, sayah ogah nonton Indonesian Idol lagih, mending ndengerin simbah belakang rumah nembang Jawa.

Jumat, 06 Agustus 2010

Sidang

Hidup di negara ini, emang kalok lama2 dirasain kok agak sedikit nganyelke. Kalok jadi rakyat kecil di negara zamrud katulistiwa ini, jiyaan, endak punyak banyak pilihan. Memang sih, seorang Presiden Amrik yang ngganteng itu pernah nyletuk, "Jangan situ tanyak apa yang dikasih negara buwat situ, tapi tanyaklah apa yang situ kasih buwat negara." Betul2 sebuah ungkapan yang sangat menyentuh dan nasionalis bukan??


E..tapi sebentar ya...kita ini kan manusia biyasa, dan si bapak presiden yang nyletuk itu belon pernah ngrasain mobilnya kegencet di kemacetan Jakarta, ato ponakannya kebledosan tabung LPG 3kg. Ato lagi, nunggu sidang kek apa yang nDaru tadi pagi alamin.


Ya, setelah kemaren dulu, nDaru ngeluh soal surat tilang yang ndak jelas alamatnya itu. Hari ini akhirnya nDaru menjalani sidang tilang ini sebagai terdakwa. Berbekal peta hasil brosingan dari gugel map. nDaru berangkat nyariin Pengadilan Negri S. Dan memang pinter tenan itu gugel mapnya. nDaru bisa nemuken Gedung Pengadilan itu tanpa nanyak kiri kanan ato kesasar terlebih dahulu.

Berbekal pengalaman nDaru dulu sidang tilang di kota t4 nDaru ngelmu. nDaru meninggalkan rumah mepet sawah nDaru di kampung pagi2 buta. Ibarat hiperbolisnya, nDaru pergi berbarengan saat para pencuri pulang. Soalnya, dulu ketika sidang tilang di kota gudeg itu, nDaru disuruh nyarik dulu nama nDaru di sebuah papan pengumuman, lalu setelah ketemu nama nDaru di adili di ruang sidang mana, nDaru disuruh nancepin surat tilang itu di muka ruang sidang, persis kalok kita ngantre obat di apotek itu.


Sampek di Pengadilan Negri S, yang di Jl. S itu, gedung pengadilan mingsih sepi. Tapi sudah terdengar musik dari perangkat sound sistem ribuan watt mblang-mblung sedang muter lagu2 perjuwangan. Kata yang jaga, mau ada jalan santai dalam rangka memperingati HUT Indonesia tercinta ini. Sunggu sebuwah kegiatan yang nasionalis dan menumbuhkan semangat kebangsaan yang luwar biasa kan? Begitu pentingnya kegiatan guna peringatan Dirgahayu RI ini, sampek2 mereka menggelarnya di hari yang bersamaan dengan jadwal sidang --yang NBnya berhubungan dengan pelayanan umum--. Betul2 sebuah semangat kenegaraan yang patut dicontoh. Melayani rakyat kan bisa ditunda, wong jalan sante ini kan cumak setaun sekali.


Dan ternyata, laen ladang laen belalang, laen toilet laen kecoa. Di Pengadilan Negri ini, ternyata nama2 kita sudah diurutkan dengan semena2 sama petugas pengadilanya. Ha lak sayane kecewa to..Dengan niat dateng pagi dari rumah biyar ndak ngantre kebanyakan eeeeee..malah dapetnya ya ditengah juga. Yaweslah ndak pa2.


Orang2 yang dateng rupanya, banyak pengendara sepeda motor dari luwar kota, terlihat dari jaket tebal dan wajah mereka yang kehitaman kesemprot asap knalpot, dan aroma khas solar dari badan mereka. nDaru kok jadi mikir, mungkin ini jurus pemerintah buat nyarik duit ya..bayangpun saja, yang dateng hari ini buwat sidang ndak kurang dari 400 orang, itu kalok denda tilangnya dipukul rata 40 rebu per orang, udah 16 juta sekali sidang. lha kalok sebulan 2 x. duit yang masuk udah bisa buat mbeli cendol., disuntak di kolam buat renang, ato buat nambali jalan bolong2 itu. Dalam setahun pasti kelar.


Dan, ternyata benar dugaan nDaru, sidang hari ini molor 45 menit untuk nunggu kelarnya jalan santai. Setelah agak mrongos nungguin dan sebel karena bapak2 disebelah ndak brenti nanyak soal pekerjaan nDaru, akhirnya, nama nDaru dipanggil oleh seorang petugas. Lalu nDaru menghadap seorang hakim wanita, dan terjadilah dialog ini :


Saya :"Bu, sebelonnya saya mau nanyak, Gedung Pengadilan ini kan alamatnya di jalan S ya bu?" tapi kok ditulis di Surat Tilang itu Jalan K? Sah ndak bu?"

Bu Hakim :" O ya sah mbak..kan mengacunya pada Gedung ini juga"

Saya :"Berarti kalok ibuk ngirim surat dari institusi ini ya pakek jalan K gitu bu?"

Bu Hakim :" Ya endak to mbak, kan surat resmi ya musti pakek Jalan S gitu."

Saya :"lha kalok Surat Tilang ini ndak resmi to bu?"

Bu Hakim:" O resmi mbak"

Saya :"Lho..kok ditulis alamatnya pakek Jalan K bu?"<----------ngeyel

Bu Hakim :" (*&@^)$((***&^%$(*&@#)(*^*%^&$#$$, pokoke sampeyan didenda sekian puluh ribu sekian ratus rupiah"


--lalu saya ngeloyor ke loket tempat nebus SIM--

Petugas :"ini mbak SIMnya...dendanya sekian puluh ribu sekian ratus rupiah"

Saya :"ini duidnya pak..saya ndapet kuwitansi to pak?"

Petugas:"lho kuwitansi apa?"

Saya :"lha ini, saya kan sudah mbayar dendanya..saya berhak ndapet kuwitansi to?"

Petugas :"wee..ya ndak ada kwitansinya to mbak"

Saya :"Lho gimana to? Wong saya mbeli tahu petis aja ndapet kuwitansi je pak..mosok bayar denda tilang ndak dikasih kwitansi..jangan2 duit saya situ kemplang"