Kamis, 12 Januari 2012

Ya Begitulah

Didalam hidup, kadang bertindak benar itu dianggap tidak benar.
Alkisah disebuah masa, hiduplah seorang pria bernama nDalimin (ini bukan nama samaran lho). nDalimin bekerja di sebuah Padepokan swasta terkemuka di Tanah Jawa ini dia bekerja disana bersama seorang temannya bernama Tukiyat (ini juga bukan nama samaran). Tidak seperti Ndalimin, Tukiyat orangnya ambisius, dan perlente, ditopang dengan wajahnya yang rupawan dan badan atletisnya, Tukiyat mengikuti gaya hidup masa kini a la artis ibukota, komplit dengan segala aseso-nya. Bedalah dengan nDalimin yang sikut sama dengkul aja susah mbedain, kehidupan nDalimin juga bukan hidup yang "wah" dan hedonis. Tukiyat kadang membawa pulang alat2 kantor yang memang canggih dan berteknologi advance untuk menunjang penampilannya. Sampai suatu saat, Tukiyat memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan mendaptar di perusahaan lain yang digit gajinya lebih besar.

Masalah muncul ketika suatu saat, salah satu alat yang biasa dipinjam Tukiyat hilang. Ketika ditelepon si Bos, Tukiyat bilang dia sudah mengembalikan alat itu kepada nDalimin. Dan kena masalahlah si Ndalimin ini. Dia harus mengganti alat itu dengan duit pribadinya yang sudah mepet itu

Kejadian ini bukanlah yang pertama kali, lain hari, ada salah satu kaca sumbangan dari institusi lain menghilang entah kemana, karena merasa itu tanggungjawabnya, maka dia mencari kaca itu sampai dapat, ini bukanlah mudah karena kaca itu sepaket dengan CPU-nya, eh ndak berapa lama malah ada tudingan miring bahwa si Ndalimin yang ngambil tuh kaca dan kemudian disimpen trus di tukerin duit.

Lagi, sebuah laptop raib dari lemari penyimpanan, lagi2, nDaliminlah yang kena cipratan tuduhannya. Seolah2 di perusahaan tempat nDalimin itu muncul sebuah kesepakatan bahwanDalimin adalah orang yang tepat untuk dipersalahkan ketika terjadi suatu masalah. Jika di percakapkan secara verbal mungkin nadanya seperti ini :"eh ada barang hilang lho""eh iya tuh, aduh..gue ga ngambil padahal" "ya udah salahin nDalimin aja" "ho'oh" "nDalimin, kamu ngambil barang itu ya..."

Posisi nDalimin kadang tidak bisa membela diri, dia hanya berterima saja dengan kejadian-kejadian seperti itu. Tanpa perlawanan, tanpa pembelaan. Pembelaan justru datang setelah sekian lama kemudian, tiba2 ketahuan kalo si bapak itu yang ngambil kaca, tiba2 ketahuan kalo si tukiyat yang belum mbalikin alat, tiba2 ketahuan kalo laptop kmaren kesimpen di sebuah lemari dan ketauan siapa yang nyimpen.

Sebuah proses yang ajaib kawan. Ketika kita hanya diam saja, ternyata alam semesta menyediakan pembelaannya untuk kita, begitu kata nDalimin.


Kisah diatas mengilhami nDaru dalam menata hidup nDaru akhir2 ini. Beberapa waktu yang lalu, nDaru getol pengin ndiriken sebuah yayasan yang bergerak buat anjing. nDaru pengin mbikin sebuah dog shelter buat para anjing yang tidak diinginkan majikannya, ato anjing2 liar yang sering ketemu di jalanan. Tapi, babi buta aja kan tau ya..kalok dimari, mbikin yayasan itu perlu apa saja, apalagi ketika mengetahui proposal keuangan nDaru dan berapa nominal yang akan nDaru dapet dari badan donatur internasional.

Setelah usaha berbulan-bulan lamanya, Surat ijin itu ndak keluar2 juga. Sambil menunggu, nDaru membangun pagar di belakang rumah nDaru, sambil berusaha menolong anjing-anjing yang butuh shelter tak kurang dari 40 anjing memenuhi halaman belakang nDaru. Dan tiba2, saat yang nDaru khawatirkan tibalah juga, beberapa orang mendatangi rumah nDaru dan bilang bahwa mereka terganggu dengan suara gonggongan anjing2 yang nDaru pelihara. Gonggongan anjing yang kerasnya ndak lebih dari speaker tape compo 250 watt itu dirasa berisik dan mengganggu pendengaran. Padahal jika dihitung lagi, rumah nDaru adalah rumah paling ujung. Jarak dari rumah nDaru sampai rumah berikutnya kurang lebih 25 meter. itupun rumah kosong yang belum jadi. Orang2 yang protes ini rumahnya jauh dari rumah nDaru. Bahkan mungkin ga akan denger kalau 40 anjing ini menggonggong bareng.

Tak butuh waktu lama untuk melibatkan orang2 birokrasi, keputusannya adalah dalam jangka waktu seminggu nDaru harus merelokasi anjing2 itu, atau disuntik mati. Hanya 16 anjing yang nDaru berhasil mendapat tuan baru. Sisanya ya seperti yang nDaru tulis diatas. Silakan membayangkan, 27 anjing disuntik mati sekaligus. nDaru dan beberapa teman memutuskan untuk membuatkan mereka kuburan karena jika tidak dikubur, "mereka" akan membakar jazad2 anjing itu. Silakan membayangkan bagaimana rasanya mengubur 27 anjing yang setiap hari anda lihat dan anda kasih makan.


seperti sebuah perkataan negeri seberang yang mengatakan "LIVE MUST GOGON" tapi hidup ya tidak akan pernah sama lagi buat nDaru. nDaru pengin menutup ngoyo woro nDaru kali ini dengan sebuah ungkapan yang biasa diucapkan sodara2 kita umat Budha
"Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta"
Sadhu..sadhu..sadhu

*Semoga semua makhuk hidup berbahagia

Jumat, 12 Agustus 2011

Mbak Darsem


Tahu kan ya Mbak Darsem? TKI yang lolos dari hukuman pancung di Arab Saudi sana kan ya? Lha, tiga hari yang lalu kalok ndak salah, nDaru nonton tipi dan liyat Mbak Darsem di salah satu setasiun tipi swasta nasional. Menurut pemberitaan setasiun tipi itu, Mbak Darsem kok kesannya kurang konsisten gitu. Dulu, pas dapet uang sumbangan dari pemirsa setasiun tipi swasta itu yang mencapai 1,2 M, dia bilang mau menyumbangkan sebagian uangnya ke keluarga Ruyati, TKI yang dihukum pancung di Arab Saudi, trus untuk beramal sodakoh, dkk. Kemaren pas tau yang disumbang cuma 20 juta, si setasiun telepisi swasta merasa apa yang disumbangkan Darsem endak sebanding dengan apa yang sudah dia dapet. Bahkan, ia dituduh bergaya hidup wah sekarang.

Wah, nDaru ngakak tenan. Kalok menurut nDaru sih, lha setasiun tipi swasta nasional itu yang lebay. Mereka terlalu reaktip menghadapi kasus Darsem. Sejak awal uang itu tujuannya untuk membantu pembebasan Darsem, tapi ternyata sudah dibayar oleh pemerentah. Lha, terus kalok duitnya itu glondongan dikasi Darsem ya sudah pasti resikonya bakal dipakek buat Darsem buat ngapain saja dong. Coba setasiun tipi swasta nasional itu mikir panjang. Jangan dikasih glondongan, tapi dibikinken usaha melalui duit itu misalnya, seperti yang dibilang oleh Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial (Kemensos), Andi Zainal Abidin di situs ini.

Ndaru jugak setuju dengan apa yang dibilang Pak Dirjen, uang yang lain kan bisa buat membantu TKI yang lain, jadi jangan dikasih semua. Lha, kalok sekarang udah terlanjur dikasihken Darsem ya jadi haknya Darsem dong. Jadi, dia mau ngapain saja dengan duit itu ya terserah dia. Kita toh ndak tahu masalah apa yang dihadapi oleh dia, dia butuh apa, utang brapa, dsb.

Ngasih bantuan sih boleh-boleh saja, malah sangat mulia, tapi mbok ya caranya itu yang edukatip. Kalok menurut gamblehan nDaru sih, setasiun tipi swasta nasional itu terlalu terburu-buru, bahkan sudah masuk ke gejala pengen nyarik popularitas. Ini lho saya bisa mengajak masyarakat membantu TKI. Hanya segitu kah? Cara seperti itu malah tidak mendidik. Jadi sekarang, ya jangan protes.

Senin, 01 Agustus 2011

Memang Keknya Negeri Para Bedebah

Wah..ndak sadar ternyata nDaru sudah absen pada pambacotan ageng di blog ini hampir satu windu. Hehehe. Naaaa, untuk ngapdate bacotan nDaru, kali ini nDaru mau nggambleh soal kasus-kasus yang lagi heboh di negara ini. Ya, memang nDaru lagi care sama negri ini. Sebenernya selalu care sih, cuma kadang agak males menoleh ke tingkah pejabat pemerentah yang ndak mutu babar blas. Tapi, kali ini, nDaru memang lagi gatel pengen ngomong soal kisruh KPK dan kasus-kasus lain yang masih anget beberapa hari terakhir ini.

Sampeyan pasti sudah ngerti kalok Nazarudin menuduh beberapa pimpinan KPK terlibat dalam suap proyek wisma atlet. Ujung-ujungnya, banyak pihak kecewa, termasuk Ketua DPR yang sampe tega ngomong kalok panitia seleksi pimpinan KPK memang ndak nemu figur pimpinan KPK yang oke, mending KPK dibubarin aja. Wah, kalok menurut ngelmu nggambleh nDaru ya, pernyataan itu kok kesannya buru-buru banget dan bahkan lebih mirip rengekan anak TK umur 5 tahun yang cengeng daripada suara seorang pimpinan yang bener-benr melek mata dan hati.

Siapa bilang ndak ada figur pimpinan KPK yang oke? Antasari Azhar itu oke, tapi karena dia oke terus dikriminalisasi. Apa DPR pernah mendesak kasusnya dibuka ulang ato ngasih dukungan dan pengawasan terhadap perkembangan kasusnya? Endak tuh! Lha, terus sekarang mau gimana? Kalok pimpinannya oke dikriminalisasi, kalok ndak oke disuruh bubar. Lha rak gemblung to?

Yang mau nDaru tekankan disini adalah negara ini sebenernya kebanyakan pejabat pemerentah yang munafik dan ndak konsisten. Pertama sih koar-koar bilang ayo berantas korupsi terus membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi. Eh, setelahnya justru lembaga ini malah diserang sama pejabat-pejabat pemerentahan laennya yang ndak mau korupsinya ketahuan dan ndak mau dihukum gara-gara itu. Ya sama aja. Pembentukan KPK cuman sekedar dijadikan alat pencitraan kalok negara serius memberantas korupsi, tapi kelakuan pejabat pemerentahannya ndak berubah. Tetep aja korupsi dan malah lebih kreatip, soalnya gimana caranya tetep korupsi tapi bisa menglabui KPK.

Ayo dong Pak Ketua DPR, mbok diliyat lagi duduk persoalannya. Kalok dia bener-bener Ketua DPR yang memang memimpin perjuangan aspirasi rakyat, harusnya dia bisa melihat sumber dari segala masalah di negri ini adalah ketidakkonsistenan mereka yang menjalankan roda pemerentahan dengan segala perannya. Jadi, ndak adil kalok KPK yang dilimpahi segala kesalahan kegagalan pemberantasan korupsi di negri ini. Gimana mau berhasil kalok mau nangkep koruptor tapi pejabat pemerentah lainnya malah melindungi? Gimana KPK mau berhasil memberantas korupsi, kalok DPRnya masih korupsi, mentrinya dan MA dan berani mengeluarkan hukuman berat bagi koruptor, dan presidennya ndak membuat perubahan sistem sekaligus berani tegas sama kasus-kasus korupsi.

Coba kita amati lagi. Negara kita tergolong negara yang sistem pemerentahannya boros, sukak muter-muter, dan ndak jelas tujuannya. Di satu departemen pemerentah saja misalnya, ada berapa anak departemen yang diisi oleh PNS-PNS? Kemenpora masih punyak Badan A, Badan B, Badan C, dst. Belum lagi, ngurusin mafia pajak saja presiden musti membentuk Satgas Anti Mafia Hukum, ngurusin TKI juga lagi-lagi membentuk Satgas. Logikanya, kalok dengan sebegitu banyaknya badan-badan di bawah departemen, harusnya segala urusan dan kasus di negara ini beres dong. Kasusnya Bank Century bakal sudah closed sekarang. Masyarakat Porong, Sidoarjo sekarang juga sudah dapet ganti rugi dan bisa hidup dengan layak kembali. Tapi ya, sekali lagi, karena para pejabat pemerentah itu ndak ikhlas bener buat kerja dan sibuk nylametin mukak mereka yang ndak kece, jadinya semua kasus itu hanya muter saja. Sementara, kalok dikritik, presidennya langsung nesu, nuduh media terlalu kejam. Bahkan, ajudannya yang paling setia ikut-ikutan nantang media.

Jadi ya, menurut gamblehan nDaru sih, ndak usah ngarep negara ini maju kalok pejabat pemerentahannya masih bermental tempe seperti itu.

Senin, 21 Maret 2011

Gonggongan Si Jojon

Namaku Jojon, bukan pelawak yang terkenal dengan kumis a la Hitler-nya itu lho, nama kumplitku Johnny Mikhaelo Pettrovic. Aku anjing kampung biasa yang nunut ngeyup di sebuah rumah mepet sawah kepunyaan seorang pecinta anjing. Di rumah ini aku endak sendiri, disamping si empunya rumah yang wajahnya kece itu, aku tinggal bersama 3 anjing lainnnya. Yang tertua adalah Broder Tukhul, lalu Broder Molen dan seekor anjing titipan yang laen yang namanya sok sok kayak bule Prancis. Sementara ini aku tinggal bareng disini karena tempat tinggal asliku di sebuwah vihara di lereng merbabu endak gitu kondusip dan mendukung pertumbuhan tulang belakangku. Jadi beberapa hari yang lalu itu, kedua kaki belakangku sama sekali endak bisa buwat gerak, jangankan buwat jalan, wong dicubit disitu aja endak kerasa je. Kata dokter aku kekurangan kalsium, tapi itu beberapa hari yang lalu, sekarang aku udah baekan kok, udah bisa maen sama temen2ku bertiga itu.

Sudah ya, itu soal jati diriku. Yang mau aku gonggongin disini bukan soal aku kok, tapi anjing titipan yang satu lagi itu. Pertama pas ketemu aku itu jiyaan, kesane dia itu sombong, sok kuwasa, sok yang punyak rumah, padahal penghuni berkaki 4 yang resmi berKTP sini kan cuman Bro Tukhul sama Bro Molen. Tapi kemudian setelah kami melewati beberapa malam bersama, akhirnya kami akrab dan sukak saling curhat soal masa lalu kami.

Dia banyak cerita soal majikan aslinya yang kata dia mahasiswi pasca sarjana di sebuwah perguruan tinggi suwasta nan kondang misuwur di republik ini. Dia itu disamping wajahnya endak terlalu kece, dia jugak sok modis dan sukak eksis di duniya maya. Di semuwa jejaring sosiyal, kalok kata temenku yang asli mbantul itu bilangnya socmed, majikan dia ini punyak akun semuwa. Termasuk mesin ngobrol jarak jawuh alias chatting MIG 33. Kalok yang itu aku agak2 endak mudeng wong tauku ya sebatas tulang sama sop balung bikinan si empunya rumah ini. Temenku itu dititipken disini juga karena relasi majikannya dengan adeknya yang punyak rumah ya itu majikan sementaraku itu. Katanya dia mau mudik dan dititipken disini cuman 1 minggu, e sekarang udah 3 bulan endak diambil2.

Kalok kata dia, hidup disini jawuh lebih nyaman dan lekker daripada tinggal di rumah majikan aslinya, disamping bisa dolan2 dan lari2 karena disini endak banyak perabotan, makanan juga terjamin. Apalagi soal kesehatan, dia punyak kelainan di matanya aja dipreksain ada apa, lalu ketika dia mabok superpel aroma apel yang dia kira jus, malem2 dia dibawa ke ndokteran biar ndapet perawatan, wes to kalok kata dia, hidup di sini sama di tempat majikannya itu bagaikan hidup di surga dan di neraka. Lha bagemana endak to. Disana itu katanya sempit, sering ditinggal2, udah gitu kadang masuk kandang yang cuman berukuran cuwilik banget. Jadi endak bisa bebas kayak disini. Dan kadang lagi kalok pacar majikannya yang goblok itu dateng, dia sukak dicuwekin. Ha bagemana endak goblok to, wong sekolah S1 aja udah 7 tahun endak selese2 kok. Kalok endak goblok ya pethuk.

Dan aku mbuktiin ucapan temenku tadi bener adanya, waktu itu entah kena setan apa, pacar majikan temenku itu dateng njemput temenku tadi. E ternyata bener jugak, kalok diliyat dari tampangnya, kayaknya memang masuk golongan yang hanya berpangku tangan menunggu harapan yang tidak pasti, ini kata mas Toni Blank yang sukak aku tonton di sela2 kesibukanku nyarik2 kutu dibadanku sendiri. Katanya pacarnya, itu majikan temenku itu endak bisa dateng karena bisulan ato apa gitu, aku endak gitu jelas, soale aku ya masih blajar bahasa manusia. Yawes, lalu temenku itu diambilnya, sedih rasanya kehilangan sahabat sepencarian kutu itu, rasanya kayak dulu waktu aku ditinggal bapak sama simbokku karena rumah tempat mereka tinggal itu sudah penuh anjing. Sampek sekarang aku masih sedih kalok inget temenku itu.

Yang aku herankan itu soal itu lho, toto kromo dan unggah ungguh ala jawa dan tentunya parameter yang menunjukkan bahwa majikannya temenku itu salahsatu anggota civitas akademika dari sebuah almamater yang kondang, kok agak aneh, ha la piye to? Kata Bro Molen, temenku itu dititipken ya dia endak permisi mau nitip, e pas ngambil kok ya dia nyuruh orang. Apa emang adat manusia begitu ato aku yang terlalu manusiawi ya? Padahal dulu kata Bro Molen, dia sempat dititipken di penitipan anjing, itu sehari 30ribu je, lha kalok dia disini 3 bulan lebih njur kalok dihitung rupiah2an berapa itu? Belon sepatu jogging punyak si pecinta anjing yang digigiti sama temenku itu, rusak sol sepatunya gripil gripil karena dikunyah2. Terus dulu temenku kabur malem2 ya dicariin hujan2 sampek di RT seberang. Lalu jaket necisnya yang dikencingi terus risletingnya dibikin dol itu. Imbalannya dia malah nulis setatus di facebook njelek2in si pecinta anjing itu. Aku yang anjing aja kroso kok kalok sebenernya setatus itu ditulis buat si pecinta anjing itu, ee dia ngelak katanya endak buat si pecinta anjing. Tapi OKlah..kalok pembaca sekalian mau bilang aku HOAX karena endak bisa nunjukin bukti setatus facebook itu, apalah daya seekor anjing, jangankan punyak akun facebook, wong koneksi internet aja ya nebeng ndoro. Tapi apa ya sopan, setelah kebaekan ndoro sementaraku itu ngrumati temenku itu dengan sepenuh hati balesannya cuman sepenggal SMS? Nek aku manusia aku pasti dateng, ngucapin makasih secara langsung, lalu njelasin kenapa bisa segitu lama endak bisa ngambil anjingku. Lalu ngoceh bentar, baru tak ambil peliharaanku itu. Entahlah…mungkin aku yang terlalu hiperbolis, ato emang majikannya temenku itu yang bener2 sarapnya terganggu, lagian aku itu ya cuman anjing kampung. Dan ini juga cuman gonggongan anjing kampung yang endak terlalu penting buat dibaca

Senin, 07 Maret 2011

Njiplak kok bangga

Kali ini, nDaru mau mbacot ageng soal keluhannya Jeng Devie tentang hal bernama copy paste. Memang dan nDaru setuju banget duwa ratus persen sama Jeng Devie kalok sebuah tulisan, sekalipun menurut beliyo tulisan abal-abal, tetaplah sebuah karya, hasil dari olahan pikiran dan jiwa si penulis. Jadi, pasti sangat pantas kalok Jeng Devie bertanya dimana etisnya menjiplak tulisan orang lain kemudian mempostingnya dan mengakuinya sebagai tulisan pribadi. Kalok menurut teori harga diri yang diciptaken oleh Juminten, temen nDaru ituh, tiyap manusiya dilahirken dengan onderdil yang sama. Jadi, tidak ada alesan ketika kamu harus menulis kemudiyan kamu bilang ndak bisa. Apalagi, kalok kamu mengkopi tulisan orang lain dan kamu menyebut kamu mengkopi karena kamu ndak bisa. nDaru ngakak saat Juminten nggambleh begitu di depan mahasiswa2nya yang ketahuan mengkopi tulisan ilmiyah di internet. Tapi, ketika nDaru membaca tulisannya Jeng Devie kemaren, nDaru langsung manggut2.

Coba sampeyan amati blog2 lain. Kalok nDaru amati ya, banyak blog yang isinya cuman masalah narsis saja, pengen pamer kesana-kesini, tapi ya maap, tulisannya dangkal. Ya memang sih, mau nulis apa saja di blog itu hak tiap orang kok. Cuma, kalok sudah berani narsis dengan memajang banyak gaya, menurut Juminten sekali lagi, pemilik blog harus berkewajiban menulis sesuatu, jadi kalok orang baca itu ya manggut2 maklum gitu. Owh, blognya gaya tulisannya jugak bagus. Lha, kalok cuman banyak gaya tok, orang pasti ngomel “Owalah…cuman nggaya tok to, ha ndak beda sama Fesbuk. Sama saja mbikin akun Fesbuk di blog!” Parah lagi kalok isinya itu cuman nggaya dan tulisannya njiplak tulisan orang lain. Wes to, mbahnya yak ampun pokoknya.

Balik lagi ke masalah plagiator, apa memang mengkopi paste itu sudah jadi budayanya orang Indonesiya ya? Menurut ceritanya Juminten, sedikit sekali dosen di fakultas dia yang menekankan no plagiarism di kelas. Jadi, mahasiswa mau bikin tulisan apa ndak pernah dicek itu tulisan dia ato mengkopi dari internet ato sumber lain. Sedangkan, kalok di Amrik sono sekali ketahuan memplagiat tulisan orang lain, siswa langsung dapet D dan disuruh mengulang tulisannya sampek bagus.

Memang sih, di duniya ini yang 100% tulen orisinil itu endak ada, semua pasti terinspirasi akan sesuatu yang terlihat. Sama dengan ungkapan “cocot kencono” yang sering nDaru pakek di blog amburadul kurang karu-karuan ini. nDaru endak mau mengakui ungkapan itu murni bikinan nDaru. Butet Kartaredjasa ternyata juga sering memakai istilah itu di program acara beliau. Tapi kalok njur nyonto persis plek dan cuman mengubah sithiiiiik banget kan ya tetep aja njiplak.

Kalok diamati lagi, benar jugak sih, budaya masyarakat di negri tercinta ini kurang memberi ketegasan akan pentingnya kejujuran dan menghargai karya orang lain. Lha, buktinya itu, penjuwal vcd2 bajakan dan rental vcd2 bajakan berjejer dengan manisnya di pinggir jalan. Belum lagi, banyak sineas Indonesiya yang mencontek cerita pelem luar negri. Kalok situ sukak nongkrongin FTVnya SCTV, ada satu judul Proposal Cinta Buat Clara yang ide ceritanya menjiplak banget pelemnya Sandra Bullock dan Ryan Reynolds, The Proposal. Terus, di sineteron Manohara yang baru, itu apa ya, Supergirl, kostumnya mirip banget sama kostumnya salah satu tokoh komik Marvel. Pelem Ekskul yang jadi pelem terbaik FFI 2006 dituduh menjiplak ilustrasi musiknya Gladiator dan mbikin semua sineas yang pernah ndapet Citra mbalikin semua piala itu ke Menbudpar.

Lha, apakah ada tindakan tegas dari otoritas yang berwenang soal itu? Ha endak je. FTVnya itu tetep tayang, jugak dengan sinetronnya. Yang Ekskulnya jugak tetep jadi pelem terbaik. Bahkan, salah satu dewan juri bilang kalok tidak mengedepankan originalitas ato ilustrasi musiknya, tetapi lebih ke pelemnya. Lha, rak gendeng to? Dan, sampeyan bisa liyat mereka yang mbikin pelem2 jiplakan kayak begitu ndapet duwit banyak buwat ngenyangin perutnya, ndapet kesempatan berkarya banyak. Sementara, sineas2 laen yang lebih cerdas dan idealis dalam menciptakan karya justru dihargai oleh festival pelem di luar negeri.

Sama saja masyarakat Indonesiya itu disuguhi karya2 yang berasal dari hasil njiplak, hidup dipenuhi oleh hasil2 jiplakan. Yaaa, memang jadi ndak heran kalok banyak plagiator di negri ini. Cuman, pertanyaannya adalah, kalok kita sama2 manusiya yang sama2 punyak otak sama dengkul, kok masih bangga2nya njiplak?

Selasa, 01 Maret 2011

Harmoni (trailer)



ini baru trailer kok. Kek pelem2 itu pan ada trailer alias preview-nya.

Sabtu, 19 Februari 2011

Mejeng di Youtube ah!







Latiyan jadi jurnalis kapiran