Rabu, 20 Mei 2009

Belajar Bijak di Jalan Raya



Mau gak mau, nDaru musti ngaku klo di jalanan, nDaru bukanlah pengendara yang baek. Baek pas naek motor maupun nyetir mobil. nDaru sama aja kek pengendara2 laen yang kadang suka ngiris tempe, nylonong kanan nylonong kiri, nyrobot lampu merah (sepukul dua pukul doang kok :p), klo pas naek motor suka zig-zag diantara mobil2 yang berbaris rapi ngantri lampu merah. Prestasi termutakhir nDaru adalah menghantam spion Innova karena ternyata baru tahu klo setang supra itu 2 Cm lebih panjang daripada setang F1ZR dan celah antara 2 mobil yang ngantri gak cukup lebar untuk selisih 2 cm itu. Dengan mobil, nDaru pernah menghantam pantat Angkudes mo masuk ke jalan abis naekin penumpang dari tepi jalan.

Dulu, nDaru adalah pengendara motor yang tertib. Tapi toh ternyata, jalanan yang kejam dan semrawut tanpa sadar membuat nDaru terseret arus ikut2an sistem yang ngaco. sistem ngaco yang kemudian menjadi 'wajar'. Adalah aneh kalo biker gak berjalan zig-zag di lampu merah, kita bakalan di klakson dari blakang klo pas lampu kuning kita brenti. Ini memberikan pelajaran penting buat nDaru, untuk gak menganggap remeh sistem yang kacau dan berharap kita bisa memperbaiki tu sistem, salah2 kita yang keseret dalam sistem kacau itu.

Semua itu membuat nDaru semakin sabar dalam menghadapi kesemrawutan lalu lintas di jalanan. Klo ada orang yang nyonong seenak jidat, nDaru gak langsung mencet klakson secara sporadis, paling cman senyum sambil mbatin 'sareh..sareh..sareh!!' nDaru gak berusaha mengumpat ato meludahi pengendara yang ngawur itu, karena bisa aja besok2 nDaru jg kek dia.

Senin kmaren, nDaru balik kerja naek mobil, di sebuah perempatan, di lampu merah ada tanda, belok kiri jalan terus, klo nDaru mau jalan lurus, sebenernya nDaru musti ambil jalur tengah. Pas nunggu lampu merah, nDaru ambil jalur kiri sambil jalan pelan2 n nungguin lampu hijau karena biasanya tu lampu gak lama, dibelakang mobil nDaru, ada mobil Avanza silver menyalakan riting kirinya, meraung2kan mesin sambil menyalakkan klaksonnya, karena kebiasa naek motor, kuping nDaru udah kebal denger suara klakson. Mo ganti klakson paling kenceng se-planet bumi jg nDaru gak bakal dengerin :p

Sialnya, udah nyampe baris paling depan lampu merah gak kunjung hijau juga, nDaru musti brenti, di blakang mobil Avanza silver masih membunyikan klaksonnya ditambah meraung-raungkan mesinnya tambah kenceng, jalannya kehalang mobil nDaru hibah dari babe yang body-nya emang lumayan gede.

Gak lama kemudian, menyala lah lampu hijau nan ditunggu2. nDaru denger orang treak " woooi...Loe punya otak gak sih?"......ternyata pengemudi avanza di belakang udah menurunkan kacanya. Bapak2 sekitar umur 40 tahunan. nDaru buka kaca mobil sambil melambaikan tangan, minta maap maksudnya, tapi nDaru tau, lambaian tangan nDaru pasti dianggep lambaian paling menyebalkan buat tu bapak.

Wah, Ndaru jadi heran. Apa yang menyebabkan kita begitu mudah naik darah di jalan? Kesalahan pengendara lain seakan sangat merugikan kita sehingga kalau perlu ia dicegat, di tempeleng, dimaki mpe puas, dan ditonjok kalau perlu. Di jalanan, berbagai orang dengan bermacam ragam latar belakang, temperamen, pendidikan, dan tingkat ketololan, bercampur menggunakan jalan yang sama. nDaru bilang tingkat ketololan karena, orang sebijak wakil rakyat pun bisa jadi orang tolol ketika pegang stir mobil. Sebagian besar pengguna jalan adalah orang-orang pemarah. Makanya kek yang nDaru bilang tadi, sebaiknya kita belajar dan tetap berusaha untuk tidak terseret arus. Tetap berusaha menjadi pengendara yang baik dan santun.

Jumat, 15 Mei 2009

Andai Hidup Sesimpel Cerita Sinetron


nDaru tumbuh sebagai anak bontot dan satu2nya cewe' di keluarga nDaru, itu kenapa mungkin babe ma mami nDaru agak canggung ketika mendidik nDaru, karena mereka terbiasa mendidik anak2 cowo'. Sedari kecil udah dicekokin doktrin2 bergaul a la cowo'. Jadi orang gak boleh cengeng, jadi orang musti bertanggunjawab, klo brantem musti menang (ini tambahan ndaru sendiri :p) dan segambreng nasehat2 yang mungkin klo didenger lebih cocok buat anak cowo'. Tapi toh doktrin2 dari ortu ndaru inilah yang sekarang menjadi berguna banget dalam bergaul dan menjalani peziarahan nDaru sehari-hari, secara, idup eni pan gak kek sinetron SCTV yang selalu hepi ending (entah setelah berapa ratus episode). Ada episode-episode tertentu di hidup kita yang musti kita sikapi dengan legowo, nrimo, dan sabar.

Andai semua kisah hidup ini berakhir bahagia kek cerita di sinetron, kali gak ada yak bapak2 senior (tua) minta-minta di pinggir jalan, ato Rumah Sakit Jiwa nyediain ruang buat para caleg yang stress. Hidup di dunia nyata ini lebih kompleks dari sekedar siapa menanam dia memanen. Ada faktor2 dan variabel2 yang memungkinkan si penanam gak bisa memanen, begitu pula sebaliknya, kita gak nanem tapi kita yang panen..seenggaknya pedoman ini berlaku di jangka waktu yang pendek. Toh alam semesta dan Tuhan bekerja secara misterius dan gak di duga2..kebaekan yang kita tanem buat seseorang belon tentu seseorang itu yang bales.

Di dunia nyata gak ada orang yang bener2 baek ato bener2 jahat, nDaru adalah penganut kepercayaan mazhab bahwa setiap orang jahat juga mempunyai peluang dan kemungkinan buat berbuat baek, begitu pula orang baek, pasti deh seenggak2nya dia pernah berbuat salah. Perjalanan hidup yang maha panjang inilah yang sebenernya memungkinkan kita untuk memperbaiki semua yang salah, bahwa ada pengampunan dan kesempatan buat berbuat baek kepada siapa aja seblon akhirnya perjalanan maha panjang ini berakhir. Toh gak ada yang abadi di dunia ini. Semua toh pasti berakhir, sinetron Tersanjung itu meski udah ratusan episode toh jg slese kan? Begitu pula hidup kita di dunia ini, alangkah bijaksananya klo kita niru2 para raja Mesir kuno yang rame2 bikin piramida buat kuburan dia tar klo game over. Membangun piramida2 kebaikan yang nanti mungkin bisa kita pake di kehidupan setelah mati.

Dari panjangnya episode2 sinetron Indonesia, meskipun dengan jalan cerita bermutu pas-pasan, toh kita bisa belajar bahwa segala sesuatu yang baek butuh proses yang panjaaaaaaaaang. Dan bahkan ada diantaranya yang prosesnya sulit, kek apa yang dialami sodara ndaru kemaren. Dia musti nulis skripsi dalam jangka waktu yang lama, tapi toh banyak hal yang bisa dia petik, bukan cman dari skripsi itu doang, Tapi dari proses itulah yang kemudian bisa kita ambil pelajarannya.

Kamis, 14 Mei 2009

Sistem



Liburan Waisak maren, Ndaru kedatangan sepupu Ndaru dari Surabaya. Ndaru pernah nyritain sodara sepupu Ndaru eni di salah satu postingan blog dulu. Ndaru ajakin dia touring2 naek motor ziarah ke Jogja dan sekitarnya, sambil jalan sambil ngobrol. Hehehe. Kalo dulu sepupu Ndaru ini bete curhat soal kekmana ortu dia memperlakukan dia ma kakaknya secara berbeda, maren dia curhat soal kekmana dia (akhirnya) berhasil melewati ujian skripsi yang udah dinanti sejak setaun yang lalu. Syukur deh, sepupu Ndaru itu lulus meski dia bilang, “Lulus dengan hinaan Ru, bukan dengan pujian.”

Ndaru jadi tenggelam dengan cerita sepupu Ndaru ini soal kekmana dia berproses dengan barang bernama skripsi. Ujian skripsi yang dia jalanin ga seperti yang dia bayangin. Area pengetahuan yang udah dia siapin nyatanya engga disinggung, malah area laen yang sebenernya bukan bagian besar dari skripsi dia. Sepupu Ndaru ini pun kelabakan menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari satu dosen penguji cewek. Sambil nyengir dia crita kalo dia bisa-bisa lupa tentang bagian yang ditanyain tu dosen, padahal udah blajar. Dia ngaku grogi setengah mati karena dia punya beban musti lulus. Dan dia jadi kecewa karena benang merah dan jalur utama penelitian dia engga disinggung, malah ditafsir beda sama dosen-dosen penguji.
Sepupu Ndaru mengakui kalo kans dia lulus dari ujian maren 30%-70%, yang berarti 30% lulus dan 70% ga lulus. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang ga memberi dia kesempatan secara luas buat mengeksplorasi area penelitiannya, sepupu Ndaru ngerasa jadi orang tolol yang tiba-tiba harus nulis skripsi. Tapi toh, sepupu Ndaru entu lulus dengan syarat harus menulis revisi yang demikian banyak. Dan, dia bilang bahwa disinilah keadilan yang dinantikannya selama setaun lebih proses skripsi itu datang kepadanya.

Sepupu Ndaru ini sempet stres karena ga tau musti ngapain dengan skripsinya. Dia mulai nulis skripsi ini bulan Februari 2008. Ide yang dia sodorin tergolong seger dan langka buat program studinya. Tapi, dalam perjalanan, dosen pembimbing dia membelot. Kasih feedback koreksian lama, sekali datang isinya cuman komentar soal penulisan teknis tapi ga kasi komen sdikitpun soal isi skripsinya. Tiap kali sepupu Ndaru tanya selalu semuanya soal ‘terserah kamu, kamu kan mahasiswanya.’ Akhirnya, sepupu Ndaru ini keliling ke orang-orang yang bisa diajak diskusi. Dia pun ngubah konsep kesana-kemari, datang ke dosen pembimbing cuman sebagai formalitas buat memuluskan acc.

Sampai akhirnya, sepupu Ndaru ini capek dan memutuskan buat manteb maju dengan konsep yang seadanya. Dia pun mulai meneror dosen pembimbingnya buat ngasih koreksian cepet dan minta maju ujian secepatnya juga. Tentu aja itu ga gampang. Kalo ga dikibulin, dicuekin, yaa sepupu Ndaru ini diomelin kek anak kecil yang ngrusuhi emaknya yang lagi kerja. Dia bahkan sampai curhat ke ketua program studinya tapi toh si bapak ga bisa membantu dia, ato bahkan meneliti sebenernya sampai sejauh mana kredibilitas si dosen sebagai dosen pembimbing skripsi.
Mungkin, saking malesnya diteror ma mahasiswi ingusan, si dosen pembimbing akhirnya mengabulkan keinginan sepupu Ndaru buat maju ujian pendadaran. Dan, malangnya, di ujian itu konsep penelitian yang udah di-acc sama dosen pembimbing disalahin ma dosen-dosen penguji yang datang dari program studi yang sama. Sepupu Ndaru ini malah kek bola yang dimainin dosen-dosen. Sekarang, dia musti mengubah keseluruhan skripsi dalam jangka waktu yang pendek.

Tapi toh meski kecewa dengan posisi sebagai korban dari sebuah sistem, sepupu Ndaru ini menerima dengan legowo. Dia kecewa sih karena sebagai mahasiswa yang (seenggaknya) serius ngejalanin kuliahnya dia ga dapet fasilitas memadai untuk mengeksplorasi idenya di perjalanan akhir studinya. Dan, dia kecewa kekmana dia kelihatan sebagai orang bego yang diprotes sana-sini cuman karena dia harus nurut pada oknum-oknum tertentu. Terlepas dari kekecewaan itu sepupu Ndaru ini bilang kalo Tuhan engga tidur. Nyatanya, dia diluluskan. Nyatanya, ada orang yang dikirim Tuhan buat memberi dia kesempatan revisi. “Ya kalo lulusnya dengan pujian malah aneh Ru, udah dari awal skripsi gue ga beres.” Toh, dengan skripsi yang amburadul dia lulus. Lulus, paling engga jadi hak atas apa yang udah dia kerjakan dan usahakan selama ini.

Sekarang, perkaranya bukan masalah nilai A, B, atau bahkan C. Sepupu Ndaru ini bersyukur atas proses skripsi yang melelahkan dan membuatnya bete ini karena dia bisa belajar banyak hal. Dan, dia engga mau menukar semuanya dengan apapun, sekalipun dengan nilai A atau dosen pembimbing yang lebih baek dan bener-bener berkompeten di bidangnya.

Kita memang idup dalam lingkup sosial yang punya sistem. Dimana-mana kita harus ngikutin sistem yang dimiliki oleh mereka yang menciptakan sistem. Iya si, kadang emang ga enak dan serba salah saat harus berhadapan dengan sistem. Tapi toh, kadang sistem itu juga yang ngebuat kita jadi lebih memijak bumi, bahwa semuanya ga bisa dikerjakan dengan idealisme kita, bahwa ada alur yang harus kita ikutin tanpa harus meninggalkan kekuatan kita sebagai sebuah pribadi yang utuh.


gambar di ciduk dari sini