Kamis, 28 Agustus 2008

Tradisi mengumpat


Dulu pas nDaru sekolah di sebuah SMA di bilangan Kelapa Gading, nDaru dapet sebuah matapelajaran yang menurut ndaru lmayan asik, walau kadang agak membosankan, pelajaran sosiologi, yang bikin bosen itu ya materinya, dan kadang2 nyebahi karena kurang realistis sama keadaan, tapi yang bikin asik, pengajarnya adalah seorang bruder muda nan tampan mirip2 jared leto --kesian, tampan kok jadi bruder, klo ga bruder pasti banyak yang ngecengin, hihi--. Ada 1 sub bab di matapelajaran itu yang lmayan nyanthel di jidat ndaru adalah soal kekmana kita (manusia) berhadapan dengan sebuah fenomena sosial yang disebut emosi. Kata si bruder, mengutip dari seorang psikolog ternama entah namanya lupa. Bahwa manusia itu pada dasarnya gila, edan. Yang menjadi penahan kegilaan atau keedanan itu adalah nilai sopan santun dan keimanan ybs. Si bruder tampan ini bilang, "apa yang keluar dari mulut kita, ketika kita emosi sedikit banyak menunjukan kadar keimanan dan intelektualitas kita."<----na ini yang ndaru bilang gak realistis ma keadaan, orang marah dimana2 gada yang bilang "aseeeekkk, horeeee", yang ada juga pasti mengumpat "hewan berkaki 4 yang hidup di hutan, penarik grobak, PSK, dkk"

Akhir-akhir ini ndaru dihadapkan pada sebua situasi yang keknya menuntut kadar keimanan dan intelektualitas ndaru, pekerjaan yang bejibun se-kandang kingkong yang menuntut penyelesaian yang bikin otak hampir kering. Dan hiburan ndaru satu-satunya pas ndaru stress ngadepin kerjaan kantor yaitu YM tercinta udah gak bisa mengakomodasi kepinginan ndaru lagi. Entah kenapa chatting bikin gak lagi asik kek dulu, dan bahkan terkesan nganyelke. Pelarian kerjaan ndaru ke chatt gagal. yang ada malah nambah jengah.

Manusia mana yang sempurna? emang sih kita sedikit lebih baek daripada monyet, dan kata sahibul hikayat manusia adalah makhluk paling sempurna ciptaan Tuhan, tapi ketika kita dihadapkan pada sebuah situasi yang bikin kita anyel, paling cman sedikit yang mau bilang "Duh pangeraaaaan, nyuwun kawelasan" sambil mengurut dada.

Klo menurut ndaru sih, mengumpat itu baek, daripada dipendam dan kemudian keluarnya menjadi lebih parah daripada sekedar mengumpat, ngantemi orang misalnya kan brabe, kita tinggal mngatur frekwensi dan tempat buat misuh2.

gambar diculik dari sini


Senin, 25 Agustus 2008

outbond



Liburan week end kmaren kantor ndaru ngadain outbond buat karyawan2nya di sebuah resort di daerah Bandungan. Di outbond itu, ndaru s4 maen perang2an pake airsoftgun. Asik n fun banget. Ketika maen, prasaan tegang dan excited bercampur aduk. Sebuah game yang asik banget, karena ngelibatin mental dan fisik yang harus baek. Medan permainan yang puanas abeees dan terjal bisa bikin siapa saja dehidrasi, jadi dalam game itu kami berhadapan dengan 2 musuh. Musuh game itu dan alam yang sulit. Emang sih pemandangannya bagus. Jalan dan landscape di t4 itu juga sebenernya udah dimodifokasi biar ga berat2 amat. Tapi buat orang2 yang jarang2 jalan, itu bakalan jadi penderitaan yang hebat.

Ada beberapa hal yang ndaru dapet dari outbond perang2an ini, bahwa dalam hidup kita harus selalu waspada, banyak rintangan dan kadang hal2 gak terduga yang menuntut ketangkasan kita berpikir cepat buat menyelesaikannya. Bagaimana ketika kami masih berjuang nyebrang sungai, kami ketahuan ma tim musuh dan dihujani paint bullet tanpa ampun. Ato ketika meluncur di flying fox, tyata macet di tengah2, dan tergantung di ketinggian 12 meter sendirian. Tuntutan keberanian dan determinasi pikiran yang tinggi juga ndaru dapet di game kek gini.

Hal laen yang ndaru dapet adalah tentang ketabahan kerjasama dan nrimo. Kekmana kita harus bener2 bertahan dalam sebuah cuaca yang panas dan hujan peluru cat, gak gitu sakit sih..cman kan jadi totol2 merah/coklat. Dan kami cman bisa bilang tabah2..karena posisi tim kami ga bagus buat bales nembak. Yang ada kami cman nrimo, nunggu buat mereka berhenti nembak dan lolos dari sungai yang lmayan terjal. Dan itu butuh kerjasama ma temen2 tim ndaru, soalnya ada 1 orang yang kakinya kesleo.

Outbond emang permainan yang dirancang buat menimbulkan motivasi, determinasi dan penyemangat buat orang. yah namanya juga outbond. Kita di ajak buat berpikir diluar kebiasaan kita. Bagaimana kita harus bertahan pada keadaan yang samasekali gak kita penginin dengan segala cara. Inilah hidup.. Banyak orang yang bakal ketawa klo kita jatoh dan bertepuk tangan ketika kita bener2 terpuruk, saat itu kita bener2 ngerasa jadi single fighter. Orang2 yang selama ini kita kira baek, malah menjatuhkan kita pada kubangan kegagalan. So be brave be strong but stay humble...have a nice day!!





Kamis, 21 Agustus 2008

idealisme vs toleransi



Kek yang Ndaru pernah bilang dulu, bahwa kita hidup pasti berada dalam sebuah ukuran dan patokan tertentu, keinginan2 dan cita2 atau bahasa umumnya, idealisme. Idealisme inilah yang membuat kita kaya akan cita2 dan membuat kita bersemangat menjalani kehidupan. Karena kita punya sesuatu untuk dituju, sebuah angan untuk diraih. Tapi di sisi lain idealisme ini kadang mengungkung kita kedalam obsesi yang berlebihan. Kita terlalu sibuk merawat idealisme kita dan lupa dengan sesama dan keadaan sekitar kita yang pasti berubah.

Ndaru adalah produk dari pendidikan yang berlatar belakang misi, dari TK sampai Perguruan Tinggi, Ndaru sekolah di sekolah dan institusi yang dikelola oleh yayasan. TK Ndaru sekolah di TK Sang Timur yang dikelola oleh Yayasan Marsudirini. SD-SMA Ndaru sekolah di yayasan yang dikelola oleh bruder-bruder FIC. Dan akhirnya, kuliah ndaru kuliah di universitas yang berada di bawah bendera romo2 Yesuit. Banyak pengalaman yang ndaru dapet dari riwayat pendidikan ndaru itu. Salah satunya adalah penanaman idealisme dan doktrin2 ala pendidikan katholik. Memang semua itu baek, semua toh berlatar belakang cinta kasih. Dari sana Ndaru juga belajar tentang esensi dari kerja keras, disiplin, dan yang pasti utamakanlah kualitas ketika mengerjakan sesuatu, bukan yang sembarangan bisa ditulis atau diomong doang.

Yah, tapi sayang, semua kadang cuma sampe di doktrin dan idealisme saja. Mereka terlalu mengagung-agungkan idealisme ampe lupa pada keadaan sebenernya. Satu hal yg Ndaru inget banget tentang jaman Ndaru sekolah adalah pas 2 minggu sebelum Ebtanas. Temen sekelas Ndaru hamil dan jadilah kehebohan sekaligus kebingungan di kalangan petinggi sekolah. Trus, keluarlah pernyataan untuk mengeluarkan temen Ndaru itu dari sekolah. Pas Ndaru mempertanyakan ke pihak yg berwenang (di sekolah pastinya), Ndaru dapet jawaban bahwa semua adalah tentang nama baik, tentang mendidik, dengan kejadian kek gini orang jadi liat bahwa ada konsekuensi buruk harus keluar dari sekolah. Dan, Ndaru mlongo. Apa ga bisa nolong bentar aja sampe dia ujian akhir? Emang temen Ndaru salah, tapi apakah dia harus dapat penghakiman satu pihak dan langsung dicopot haknya tanpa ada usaha untuk membela dia sebentar saja? Ndaru ga tau apa sang petinggi sekolah ini pernah membayangkan klo yang hamil itu anak dia?

Buat apa sih kita beridealisme? Kita toh harus bijak merawat idealisme kita. Bagus lagi kalo itu bisa jadi penyemangat kita untuk terus berada di jalan yg udah kita rancang. Tapi toh, dunia itu tidak selalu berwarna putih. Lagipula semua hal pasti punya dua sisi yg berbeda, kek mata uang, ada sisi yg baek dan buruk. Dan 2 sisi ini pan saling melengkapi. Uang yang cman ada 1 sisi doang mana bisa buat beli layangan..Nanti ketika kita bertemu pada suatu keadaan yg kita idealkan, pasti kita tau ada konsekuensi dibalik itu, dan itu membuat apa yg kita idealkan ga sebagus kek yg kita bayangkan dulu.

Rabu, 20 Agustus 2008

Ryan


Pasti donk pada ngikutin berita tentang pembunuh berantai Verry Idham Henyansyah alias Ryan. Mas yang satu ini tiba2 aja jadi selebriti. Tiap ari isinya tentang Ryan, Ryan, dan Ryan. Hari ini soal korban yang ketiga, besoknya tes psikologis Ryan, besoknya lagi tentang korban lagi, besoknya Ryan lagi, gitu terus. Ndaru jadi jengah, kek ga ada hal laen yg perlu diberitain aja dan tiap waktu Ndaru nonton berita isinya Ryan mulu.

Emang sih, Ryan itu ‘fenomenal’. Orang biasa toh ga akan nyangka kalo orang kalem kek dia bisa nglakuin hal sekejam itu berulang2. Tapi yg Ndaru sayangkan adalah cara pers memberitakan Ryan. Pada awalnya, pemberitaan masih seputar aksi Ryan dan berbagai korbannya. Tapi lama2 pemberitaan makin masif dan melanggar etika. Kalangan pers langsung mencari berita seputar masa kecil Ryan lalu menghubung2kan keberadaan dia sebagai (maap) gay. Ga berhenti sampe di sana, pers pun gencar menyelidiki kehidupan keluarga Ryan. Di salah satu televisi diberitakan kalo Ryan itu punya sodara tiri dan dulu ibunya tergolong gadis cantik yang (maap lagi) genit di masa mudanya.

Semua jadi berlomba2 mencari keburukan Ryan dan seluruh aspek hidupnya. Bahkan, masa lalu ibunya yg sebenernya ga ada hubungannya dengan tindak kejahatan Ryan pun jadi konsumsi publik. Begitulah seorang Ryan menghadapi proses hukum di Indonesia. Secara dia orang yg berasal dari golongan ekonomi lemah dan kenyataannya Ryan adalah seorang gay, golongan masyarakat yang termarjinalkan. Coba kita bandingin ma penjahat kakap kek Artalyta Suryani yang dengan pedenya mempermainkan hukum Indonesia. Emang si Artalyta engga membunuh belasan orang dan memutilasi mereka, tapi aksi dia sebagai penyuap Jaksa yang bertugas di Kejaksaan Agung dan bahkan masih bertingkah di tengah proses hukum memberi gambaran kalo orang yg berduit diperlakukan lebih baik. Apa ada yg ampe ngorek daleeeem banget kehidupan Artalyta kek yg dilakuin ke Ryan?

Jadi yah…lihatlah masalah secara proporsional saja.

Sabtu, 16 Agustus 2008

Takut vs Ga Takut


Beberapa hari yang lalu, ndaru liat di sebuah setasiun tipi, intinya sih tentang perdebatan sebuah aliran/ mazhab dalam sebuah agama. Aliran yang bernama ahmadiyah ini dilarang ma para ulama2 yang laen buat menjalankan keyakinannya karena dianggap ajarannya sesat. Begitu juga beberapa hari yang lalu klo masih inget, ada aliran yang menamakan dirinya Taman Eden. Sang pemimpin Lia Eden ditangkep dan dijeblosin penjara, tapi para pengikutnya masih menjalankan keyakinan mereka.

Ndaru bukannya mau sok pinter dan bikin tinjauan teologis tentang bener ato engga'nya ne aliran. Tapi ada 1 pelajaran yang bisa kita lihat. Mereka berani mempertahankan kebenaran yang mereka yakini, meski harus masuk penjara dan menjalani hukuman. Keberanian buat meyakini dan berkorban atas kebenaran seperti inilah yang patut kita contoh. Mereka ga peduli mau di bilang kekmanapun, karena mereka percaya dan benar2 yakin pada sebuah keyakinan yang mereka anut.

Sanggupkah kita buat berani kek gitu? Hihihi..kadang ndaru juga masih keder, kadang masih ingin jaim, kadang masih mau menyerahkan apa yang menjadi keyakinan yang udah ada, hanya karena perkataan orang. Pemikiran ndaru masih dibatasi dengan jaim2 didepan orang. Pertanyaannya adalah untuk apa? Bukankah kebenaran hakiki itu hanya milik sang pencipta saja? Mengapa kita harus khawatir ketika dunia membenci kita?

Kamis, 14 Agustus 2008

Hari Merdeka


Ah, ga terasa udah bulan Agustus. Bulan ke 8 euy...Tau kan bulan Agustus ada apa? yak tul, hari merdeka..alias HUT RI yang tahun ini udah ke 63. Masih muda ya...ma babe ndaru aja tuwiran babe ndaru. Bandingin aja ma Amrik, mereka udah ultah brapa kali hayo? hihihi..

Sebenernya udah dari awal bulan pak RT suruh ndaru buat pasang bendera di depan rumah, tapi bawaannya lupa mulu mo beli tiang sekalian benderanya. Akhirnya maren sore kebeli juga tu tiang ma benderanya. Siang si babe udah bikin kolongan buat naroh tiang bendera dari semen. Sore kami memasang tu bendera di depan rumah. Dan seperti biasanya, babe langsung hormat begitu bendera selesai kepasang. Ndaru udah apal banget kebiasaan babe.

Kata babe, dia selalu hormat ke bendera dimanapun dan kapanpun bukan karena dia bekas serdadu. Tapi karena dia produk dari jaman perang, babe lahir dulu jaman orang2 jepang masih nangkring di Indonesia. Pada saat itu, jangankan mengibarkan bendera, nyimpen bendera merah putih aja klo ketahuan bisa berabe dah. Itu makanya si babe begitu menghargai sang merah putih, dan penghargaan itu dia tunjukan dengan hormat pada saat tu bendera selesa dikibarkan.

Simpel sih sebenernya, cman dari situ kita bisa belajar, buat menghargai negara ini, betapa negara ini dilahirkan dengan susah payah, dengan tetes keringat dan darah para pejuang. Sudah saatnya bangsa ini belajar buat memberi. Belajar buat merasa, apa yang sudah aku berikan buat negara ini? Menghargai apa yang udah dikerjain ma orang-orang kita dulu dalam merebut kemerdekaan. Jangan hanya emosi pas BBM naek. tapi giliran bayar pajak ngumpet, diakalin dan dikibulin.

Orang2 sekarang jarang pergi ke museum. Padahal klo kita mau jujur, museum itu bikin orang bisa menjadi lebih cinta ma negri ini. Bagaimana engga', kita bisa ngelihat langsung saksi bisu perjuangan mendapatkan kemerdekaan yang tentunya ga gampang. Mungkin dari situ kita bisa melihat kekmana semangatnya pendahulu2 kita usaha biar bisa menjadi bangsa yang bebas. Orang lebih memilih ke mal, terang aja ketika barang di mal menjadi mahal gara2 BBM naek mereka protes.

Di t4 ndaru kerja ada sebuah pusat studi buat meneliti dan mengembangkan bahasa jawa, akhir2 ini ndaru banyak terlibat disana, berapa orang yang berminat? orang2 yang ngakunya orang indonesia, harusnya ngerti dong, mereka punya kewajiban buat mengembangkan budaya indonesia. Nasionalisme toh bisa diwujudkan dalam berbagai hal. Ga cman nuntut BBM turun demi rakyat kecil. Napa ga bantu negara buat "menjual" pariwisata Indonesia, biar jadi maju, dan banyak orang berkunjung ke Indonesia. Bukan malah demo rusuh yang menakut-nakuti orang mo mlancong. Sudah saatnya kita berpikir, kenapa orang2 dulu mau memberikan hidup mereka biar Indonesia ini merdeka? Sekarang giliran kita buat meneruskan apa yang menjadi cita2 orang yang dulu susah payah buat merebut kemerdekaan. Dengan apa saja yang bisa kita kerjain. MERDEKA!!!

Jadilah padaku seperti yang Kau ingini


Yah, lagi-lagi cerita tentang orang di sekitar Ndaru. Ndaru (masih) demen jadi detektip. Soalnya, dari situ Ndaru blajar banyak dari cara mereka melalui hidup yang serba engga pasti. Dan, kali ini Ndaru terkesan banget sama seorang bapak. Ndaru ngobrol bareng beliau pas ketemu di gereja maren. Bapak ini lumayan kece si untuk ukuran bapak2. Hihihi. Tapi, enggak masalah kecenya ya. Cuman, dia keliatan awet muda, dengan wajah yang cerah, rambut berpotongan pendek, dan badan tinggi menjulang.

Si bapak baru saja kehilangan putri keduanya karena leukemia (wah..jadi inget sepupu Ndaru). Setelah perjuangan yang cukup melelahkan selama hampir sebulan, putri keduanya dipanggil Tuhan. Dan, bapak ini setia jagain anaknya, sabar ngikutin pengobatan medis dan ngadepin kondisi anaknya yang naek turun. “Trakir dia bangun dari komanya Mbak. Bahkan, sempet jalan-jalan pake kursi roda, tapi Tuhan berkehendak lain. Dia meninggal tepat abis ketemu saya dan duduk di kursi rodanya kek orang tidur. Damai”, ucapnya sambil tersenyum.

Ternyata, istri beliau juga kena leukemia dan udah ninggal enam taon lalu. Sedihnya, penyakit ini nurun ke anak2 ceweknya semua. Padahal, anak ceweknya ada dua. Si kakak juga ninggal enam bulan yang lalu. Ndaru mlongo dengernya. Soalnya, bapak ini cerita tanpa penyesalan dan kesedihan berarti. Beliau bilang, sejak awal dia tau kalo dia menikahi seorang pengidap leukemia dia sudah siap dengan kondisi ini. Dan, dia toh engga menyesal karena katanya paling engga dia tau kekmana besok harus berpisah dengan istri dan dua putrinya.

Si bapak juga bersiap sedia dari awal. Beliau kerja keras banting tulang biar dapet dana cukup buat pengobatan istri dan kedua putrinya kelak. Beliau juga berusaha buat mencintai mereka setotal mungkin. Apapun dia kerjain buat mereka, termasuk nyari donor sumsum tulang belakang ke seluruh penjuru dunia. Dan, ketika istri dan kedua putrinya sakit, dia engga putus usaha nyari alternatip kesembuhan mereka termasuk ke pengobatan jarak jauh.

Tapi toh, di balik sikapnya yang engga gampang nyerah pada keadaan, dia tetep pasrah. Intinya, kata bapak ini, berterima. Tidak sedikitpun dia mengeluh. Dia cuman bilang, “Biarkan Tuhan yang memutuskan, saya cuma bisa menerima”. Ah, dulu pas ditinggal sepupu Ndaru aja, Ndaru langsung memble gitu, tapi bapak ini yang tau bakal keilangan istri dan dua putrinya tetep bahagia.

Selasa, 12 Agustus 2008

kanggo sedulurku


Aja ditangisi maesanku

Aja nangis nganti kekejer

Jer aku wus ora neng kene

Aku ora turu


Aku iki tetesing udan ing mangsa ketiga

Banyu mili kang kasdu gawe suburing pari

Aku iki sumunaring srengenge nalika umun

Sing mesti njedhul ing bang wetan tan ora tau telat


Nalika kowe tangi ing wayah esuk,

Coba delengen ing awang-awang

Aku mabur satengahing manuk-manuk manyar

Muluk nganti watesing langit duwur

Bungah-bungahna atimu,

Kaya rawa kang akeh mina

Kaya prau kang bali seka segara dasih


Mula aja mbok tangisi maesanku

Aja kekejer olehmu duhkita

Usapen banyu luhmu.

Aku isih urip, aku ora turu

(P. Budiningtyas)

Being somebody



This is a story of somebody who lived as a ‘somebody’. Being ‘somebody’, she was honored as ‘somebody’ who had anything in this world; beauty, excellent academic achievement, brilliant career, and rich family. Her parents loved her with all the love in the world, making her as the luckiest girl, perhaps, in this planet. Besides, everyday she had her sister who always stayed as her best friend; listening to what she was feeling of and encouraging her in every road she stepped in. Yes, she had a wonderful family that did not only fulfill her psychological needs but also the physical ones.

Outside of her ‘palace’, she was the star among her friends. Perhaps she was not as beautiful as Cindy Crawford, not as rich as Paris Hilton, and not as smart as Natalie Portman, but she was an independent girl with her own determination and dignity. Everybody came to her and adored her much, wishing that this nice girl would be their ‘somebody’. Later, many guys with good-looking physical appearances proposed her to be their ‘special somebody’. She walked around to find the real love she wanted to be in those good-looking guys. But, their love only stopped at her ups; on the other hand, they left her when she was in her downs.

Later, she realized that she was in the wrong road. She only followed her family’s idealism, lived in the world of dreams, and did not live her own life. She was somebody else, not herself. Next, she was surprised to find so much lies in her surroundings. The people who declared themselves as friends betrayed her, trying to kick her out. The people whom she knew as best friends left her. And, the family which she thought as angels was only a group of people who insisted their dream to her. Yes, she was alone, realizing that she was only nobody. And, it hurt much…

Yet, she accepted her defeat and run her new life bravely. It was hard of course, because she had to leave her past life, went out from her palace, and became the enemy of her own family. But she kept holding on with her own belief. She wanted to be somebody with her herself as the portrait of the actor of her life, not the other portrait of the imagination of her parents’ ambition. And, now she is happy with her choice, to be somebody who is really her herself.

Senin, 11 Agustus 2008

Emang Gue Pikirin


ada yang bilang gila, aku nggak peduli
ada yang bilang jelek, juga nggak peduli
ada yang bilang nakal, aku nggak peduli
ada yang bilang angkuh, juga nggak peduli

ada yang fitnah aku, aku nggak peduli
ada yang mencibirku, juga nggak peduli
ada yang benci aku, oh tambah nggak peduli
ada yang cinta aku, baru ku peduli

* hidup sudah susah
jangan bikin runyam
kita santai saja

reff:
apa yang kau kata
apa yang dia kata
ku tak pernah ambil pusing
kau mau bilang apa
semua mau bilang apa
ku hanya bisa berkata
emang gue pikirin

ada yang bilang tolol, aku nggak peduli
ada yang bilang norak, juga nggak peduli
ada yang benci aku, oh tambah nggak peduli
ada yang cinta aku, baru ku peduli

Pasti pernah denger lagu hit dari Maya ini..Dari liriknya aja kita pasti udah bisa menerka apa sih pesan dari lagu ini. Ndaru setuju banget ma apa yang dibilang sama Maya di lagu ini, keknya dia nyolong curhat atas kehidupan pribadi dia, pan klo kita suka liat di inpotemen dia lagi setres ngadepin masalah2 yang nyamperin si artis kece ini. Dan lagu ini ngajakin kita buat keep fighting atas apa yang kita yakini, ga usah terlalu mikirin apa yang dikatain orang. Istilahnya biarlah anjing menggonggong kapilah tetap berlalu.

Kadang kita terlalu care ma apa kata orang. Orang bilang kita sombong, eh kita buru2 keder, orang bilang kita egois, kita buru2 ciut. Emang sih ada norma dan aturan dalam kehidupan bermasyarakat kita. Apa yang menjadi pendapat orang banyak, itulah yang kadang menjadi "penilaian" terhadap perilaku keseharian kita. Dan itu membuat kita menjadi terlalu "jaim" biar dikira rendah hati, biar dikira solider, well..itu sih bagus2 aja, cman klo kmudian harus mengorbankan apa yang menjadi keyakinan kita yaaaa...nanti dulu meneer!!

Pernah ga kita mempunyai pikiran, ya ini hidupku, orang yang tau masalah aku kekmana ya aku sendiri, dan pastinya banyak hal yang luput dari "penilaian" orang tadi, sepanjang kita punya alesan buat membela keyakinan kita, ya napa engga'? Mungkin kita bakalan dianggap sombong, anti kritik atau apalah sebutannya. Tapi toh apa orang yang mengaggap kita sombong dan mengkritik kita itu tahu apa sebenernya yang menjadi tujuan kita? apa masalah kita? Belon tentu kan? Ndaru yakin kok, seketika kita jatuh, merekalah yang pertama kali nertawain kita. Jadi, asik2 aja dengan apa yang menjadi keyakinan kita, ya iya sih, klo emang kritiknya bisa kita pake buat kita menjadi orang yang lebih baek, dan kita emang butuh napa engga', tapi klo gada apa2 dengan hidup kita dan kemudian ada orang yang cuap2, anggep aja kernet metromini lagi cari penumpang

Kamis, 07 Agustus 2008

A Small Thinking about Life


Have you ever done this stupid thing: sitting on your chair alone with a glass of coffee and remembering what have you experienced in the whole of your life? Perhaps you stay in your room only with your favorite song. Or, you can sit along the sea sand and watch the wave competing to reach the seashore. Well, everybody has their own way I guess. And, it is not a matter of being alone and daydreaming. But, it is about reflecting your whole life.

Definitely, when we were children, we did a lot of fun. We woke up in the early morning, took our dog for a walk, and went to school for only about 3 hours, then spent the rest of the time with having outdoor activities. We did not think about what really important homework was. We considered friends as the people who were with us in every activity we had. We shared laughs, talks, and deeds. Indeed, we knew some of them were good, some were bad. Yet, we did not specify what good meant, neither bad. We, sometimes, quarreled with them, and often ended up in fighting. But, we only stopped at the feeling of dislike. Then, we knew we had a family which consisted of a father, a mother, and a/some sibling/siblings.

Later, day by day, year by year, we found the essence of every single thing we should have done before. Waking up in the early morning does not mean an obligation, but a need. We need it as we should do the next activity; going to school for example. Besides, we found that going to school was not only a ‘somebody’s job to do’. We needed it because we had to stay alive. Later, what we had done in school became the basis for the next place we had to step in; working. Long time ago, I asked my Mom, “Why should I go to school? Why don’t I just stay at home and sleep for the whole day?”. And, she answered, “You will not stay alive with that kind of thinking”.

Yes, the world has its own rule. The rule says all people should do something to fulfill their needs, to stay alive. People also need somebody else to be friends for so many times they will go throughout. Unfortunately, social relationship is more complicated than we knew when we were children. Now we are able to specify what good and bad are. Sometimes, it is hard to find truly friends who give the whole heart for us, who stay with us in every piece of time. We know that we can lose them anytime in so many ways. And, we know that they can hurt us, also in so many ways. Often we have to face so (again) many surprises; someone whom we leave comes to us in our down and someone whom we trust most leaves us. We do not only deal with the feeling of like and dislike. Yet, there are so many feelings filling our heart and forcing us to encounter them.

Yes, sometimes life is too complicated and not easy. We find that we are not the God of our life. We plan everything but it does not go like the way we want to. On the contrary, everything can change only in second. Well, like my friend who still fights against blood cancer says, we only need to open our heart and consider all things from many angles. At least, we have learnt so many many things from a miracle named life.

eternal battle


Masih bau2 Batman..weew ne film keknya ga abis2 buat dikomentarin, hihihi..Masih terkesan dengan tokoh yang dimainin ma Heath Ledger --jadi muncul pertanyaan,,itu Heath Ledger beneran ga ya?..pan riasannya total kekgitu, bisa aja cman orang yang mirip doang hihihi-- Si Joker ini bener2 merefleksikan tokoh jahat abad ini, si Del malah menggelari dia dengan sebutan psikopat sejati, betapa joker inilah yang membuat karakter Bruce Wayne a.k.a. Batman menjadi lebih hidup emosinya di film ini. Belon lagi dandanan dia yang amburadul ga keruan, jadi tambah serem dan terlihat sisi psikopatnya, beda banget ma Jack Nicholson yang perlente abis.

Apa yang bikin si joker ini begitu hidup? Coba deh kita liat dalam kehidupan sehari2, pernah liat dong orang yang karakternya mirip si joker ini, bahkan klo kita mau jujur, ada sifat2 Joker yang nempel di diri kita. Secara, manusia itu, disamping mempunyai rasa cinta dan kebaikan, mereka juga makhuk yang mempunyai rasa benci, dendam, culas dkk, inilah yang menggenapkan sosok manusia sebagai makhluk paling sempurna. Bukan hanya sisi baik saja yang ada pada manusia tapi juga sisi buruk. Inilah yang menjadi akar pertempuran abadi antara kebaikan dan kejahatan, kehadiran Joker hanya sebagai pemicu saja agar sisi jelek manusia ini dominan. Sejak jaman rikiplik hingga era milenium sekarang, berapa saja kisah tentang keculasan manusia, tengok saja di dunia pewayangan kita punya Pendeta Durna, nun jauh di Mitologi Skandinavia, bangsanya orang2 Viking, mereka punya legenda Loki Si Dewa Rusuh. Ini membuktikan bahwa peperangan Kejahatan vs kebaikan sudah mentradisi sejak dulu.

Setiap orang toh pasti mempunyai rasa yang disebut emosi, baek cowo' maupun cewe', semua sama, jika ada orang bilang bahwa cewe' itu lebih emosian dari cowo', kenapa orang yang suka tawuran banyakan laki2?..Karena emosi itu juga merupakan karunia Tuhan, selain tentunya Kasih sayang dan cinta kasih pada setiap diri manusia. Apa yang menjadi tugas kita hanyalah mengatur dan mengontrol emosi yang ada pada diri kita, biar ga merugikan orang laen. Setuju? ato ga? Sekali lagi..jangan dipikir terlalu dalem..ini hanya sebuah blog.

picture grabbed from: http://reemsaied.files.wordpress.com & scribalterror.blogs.com

Rabu, 06 Agustus 2008

rekaman kehidupan



Sejak SMA ndaru seneng banget motret, apapun, ga cman di special occassion, kmana2 ndaru suka bawa kamera, meski cman kamera poket.. Ternyata banyak hal yang ndaru dapet dari hobi ndaru ini, betapa sebuah gambar bisa membantu ndaru buat mengingat-ingat kembali apa yang ndaru pernah kerjain, apa yang ndaru pernah alamin, betapa cman dengan melihat sebuah foto, kita bisa mengingat2 kejadian seputar foto itu, sapa aja yang ikut, dimana, dan sebagai sebagainya.

Mungkin kelihatannya simpel, tapi toh keknya perlu ya kita sejenak buat kembali mengingat2 masa lalu kita, membuka kembali kenangan2 yang pernah kita alami, cerita2 apa saja yang pernah kita alami. Pastilah banyak hal yang sudah terlewati, dan mungkin dari situ kita bisa belajar buat menghadapi hari esok. menjadikan pengalaman2 itu sebagai "buku petunjuk" buat menjalani masa mendatang kita.

Ndaru pernah baca di sebuah blog--www.suryopeyek.blogspot.com--, intinya sih bercerita tentang buku petunjuk kehidupan. Sang penulis bilang bahwa sebuah pompa aer mineral seharga 8rebu perak aja ada buku petunjuknya. Jadi kenapa hidup manusia yang tentunya berharga lebih dari sekedar 8rebu perak ini gada manual booknya? Well, klo menurut ndaru sih karena kita punya akal dan hati buat bikin manual book itu sendiri. Setiap kita di anugerahi pikiran buat merekam apa yang kita udah lalui, jalan mana yang udah kita tempuh, dan dari situlah kita bisa membuat manual book buat kita sendiri. Inilah yang membuat manusia berharga dari makhluk yang laen, bagaimana kita menyikapi hidup ini dengan akal dan pikiran yang dikaruniakan di jidat kita masing2.

Senin, 04 Agustus 2008

my blog


Ah..ga terasa..umur blog ndaru ini udah mencapai angka 3 bulan..bukan angka yang fantastis sih klo dibanding ma umur Universitas Sanatha Darma, UKSW, ato ma umur republik berbendera merah putih ini. Tapi toh yaaaaa....lmayan tua buat menjadi bahan evaluasi. Total statistik ada sekitar 54 artikel terposting, dan 21 artikel masih menunggu nasib buat terposting. komen2 yang belum s4 terhitung dan komen di shoutmix yang lmayan banyak..maap buat posting di shoutmix yang terpaksa di hapus karena sentimen ato kurang edukatip hehehe.

Jujur sih dulu pas awal2 bikin blog tujuan ndaru masih ga jelas, mungkin ikut2an, mungkin karena pengin terkenal, hihihi ga tau..tapi toh seiring waktu berjalan, akhirnya sedikit2 ndaru pnya alesan buat menjawab pertanyaan apa tujuan ndaru bikin blog. Walaupun itu alesan cman buat pribadi ndaru aja. Tapi membuat blog membuat ndaru mau belajar dari apa yang ndaru tulis. Mau mencoba buat manjalani teori yang ndaru tulis di blog dalam kehidupan sehari2. Baek di cyber maupun di real. Itulah yang menjadi tolok ukur keberhasilan blog ndaru. Seberapa mampu blog ini berperan memberi rambu2 buat ndaru sendiri. Bukan seberapa banyak komentar yang ndaru dapet, atau seberapa banyak orang yang baca blog ini. Emang sih bakal menjadi kebanggaan tersendiri buat ndaru klo ada yang mau mengapresiasi blog ndaru ini, tapi keknya akan lebih seneng lagi klo ada yang bisa tersentuh ato terinspirasi gara2 baca blog ndaru
ini...hihihihi imposible keknya yak..

Semua toh kembali ke penilaian netters sekalian, lagipula ini hanya sebuah blog yang ditulis ma seorang karyawan kapiran yang punya waktu senggang dan sempat nulis. Tidak ada tujuan buat menggurui atau menjelek2an salahsatu pihak, klo ga sengaja ya maap, hihihihi...Penafsiran tentang semua posting di blog ini toh tetep ada dalam benak anda2 sekalian. Karena ndaru pernah baca sebuah blog yang intinya sih setiap orang bebas menafsir/menilai sesuatu. Bebas berprasangka dan berbicara. Meskipun ya bener klo menjadi korban pemahaman sepihak dari orang laen yang mempunyai penafsiran berbeda itu kadang menyakitkan. Masih di Blog itu, si penulis bilang bahwa ibarat 2 orang buta yang memegang gajah, yang pegang belalai bilang bahwa gajah itu panjang, dan yang laen bilang bahwa gajah itu lebar. Penafsiran orang didasarkan pada pengetahuan yang ada di jidatnya. Begitu juga dengan menafsir blog ndaru ini.. Mungkin ada orang yang bersetuju dengan pendapat yang ndaru tulis di blog ini, tapi toh ndaru jg yakin banyak lagi orang yang mungkin berbeda pengalaman dari ndaru. Maka dari itu, kadang ndaru nulis di artikel ndaru bahwa ini hanya sebuah blog, hanya memberikan alternatip pemikiran yang mungkin berbeda dari kacamata kita. Maka dari itu, ga usah dipikir berat2!!

A piece of reflection about Batman

After waiting for two weeks (I consider it as ‘long period’ hihihi), finally I watched the latest Batman movie; The Dark Knight on sunny Saturday, the day where I usually got call for extra work. I really wanted to see the newest figure of this bat man since I read Del’s blog. And, I was lucky, to be able to enter the theatre after loooong waiting and queueing (Sure, it was like queueing for BLT fund). Yet, I still laughed at my self, remembering what my Dad and I did to have the tickets.

I fell in love with this superhero that has funky mask since I was in the elementary school. I have all of the Batman movie collections, starting from the (ups..sorry) bald Michael Keaton until the cute Christian Bale. I still remembered I had Brondan Prakoso’s song, Batman Idolaku in my room and I used to sing it long time ago. Oh, of course, I had another stuff dealing with Batman.

As a Batman’s big fans, I have to say that this movie (The Dark Knight) is completely unique, it is absolutely different from the other series. One thing I like most is the characterization of the actors. I was amazed of how Heath Ledger plays Jack Napier or the Joker. The Joker looks more ‘lively’ in Heath Ledger rather than in Jack Nicholson. So does Aaron Eckhart who brilliantly acts as Harvey Dent or Two Face. I think he is better than Tommy Lee Jones. But, it does not mean that I want to doubt Jack Nicholson’s and Tommy Lee Jones’ acting skill. Besides, in this series, Batman is described not only a kind of hero, but he is also an ordinary man with his anger when facing a freak like Joker.

My Dad also enjoyed watching the movie. I’ll tell you his ‘speech’ (oh..again, I’d say it speech rather than just small talk hihihi) in the way home. While enjoying the ice cream, he said that at least there are two valuable things he reflected from that awesome movie. First, a hero is not a performer. Indeed, a hero does so many things, lots of effort, and sacrifice. But, in the end, sometimes he does not need to show up. Sometimes he does not need any people’s confession and compliment. A hero does not need handclapping after doing his deed, on the contrary, a performer needs it.

Second, (my Dad still continued his speech), sometimes life does not go like the way we plan. Harvey Dent intends to be a good man, struggling fair and justice in his city, doing his duty determinedly as a district attorney. Unfortunately, everything goes wrong; the Joker is too smart to be caught and greedy and Dent loses his wife-to be. Feeling upset and desperate, Dent chooses to seek another justice he wants. He kills the people whom he considers to be responsible of his girlfriend’s death.

Ru..doing good deeds is not easy. You will always meet barrier anywhere you are. But, it is up to you to stay good or turn to be bad. Ru..ru..

My Dad kept talking like a campaign spokeperson. Suddenly, he turned his head. I was a bit far from him. “What are you doing there?”, he asked me. “aku ngelih bos,,,ngelih kiiiiii”. Hihihihihihihihi.

While having lunch, I thought that Herna would have been angry if she watched this movie. She would not agree with the ending of the movie in which Two Face becomes the real hero. However, I love all things in this movie. Four thumbs up!!!

Jumat, 01 Agustus 2008

everlasting sisterhood


Last night, after finishing a bunch of work (I’d say it a bunch of work rather than homework..hihihi), I suddenly caught the sight of a picture, right on my desk. That was the picture of me and Herna. I usually left it just like other stuff in my room. Yet, that night my mind was spinning around her. I remembered her calm face, the smiles that energize me, the words that please me, and the hugs that enlighten me. I did miss her.

Then, my mind went back to our childhood, the beginning time where we made friends. She was with me for all activities I had; flying kite, playing football, fishing, cycling, and even fighting with ‘the boys next door’. She never complained what I did though I believed, sometimes, she did not agree with me. Yet, she was still a cute girl with the tail and her mini bicycle. Perhaps she was the nicest kid among us.

We grew up together and witnessed each phase of our life. My auntie said she made me found my feminine side. Each time I was in trouble she was there to help me control my ‘ready-blow-up’ emotion. One thing I adored most from her was her way of advising. It seemed that she guided me but not taught me what to do. I always came to her when I needed somebody to talk to. And, I never told her how much she made me learn to listen to people around me.

November 10, 2006. I never thought it was the last day to see her. I was impressed, before, and inspired of course, by her toughness. She taught me to face difficulties bravely but still humbly. And, she still considered death as part of life. She did not want to say good bye to me but see you, because she believed we would meet someday. Above all pain and lost I felt, I believed that she still watched over me. And, thank God, I did not burst into tears for the first time (Hihihi..frankly I always cried when remembering her much).

Thank you Herna, for this everlasting sisterhood…