Kamis, 21 Agustus 2008

idealisme vs toleransi



Kek yang Ndaru pernah bilang dulu, bahwa kita hidup pasti berada dalam sebuah ukuran dan patokan tertentu, keinginan2 dan cita2 atau bahasa umumnya, idealisme. Idealisme inilah yang membuat kita kaya akan cita2 dan membuat kita bersemangat menjalani kehidupan. Karena kita punya sesuatu untuk dituju, sebuah angan untuk diraih. Tapi di sisi lain idealisme ini kadang mengungkung kita kedalam obsesi yang berlebihan. Kita terlalu sibuk merawat idealisme kita dan lupa dengan sesama dan keadaan sekitar kita yang pasti berubah.

Ndaru adalah produk dari pendidikan yang berlatar belakang misi, dari TK sampai Perguruan Tinggi, Ndaru sekolah di sekolah dan institusi yang dikelola oleh yayasan. TK Ndaru sekolah di TK Sang Timur yang dikelola oleh Yayasan Marsudirini. SD-SMA Ndaru sekolah di yayasan yang dikelola oleh bruder-bruder FIC. Dan akhirnya, kuliah ndaru kuliah di universitas yang berada di bawah bendera romo2 Yesuit. Banyak pengalaman yang ndaru dapet dari riwayat pendidikan ndaru itu. Salah satunya adalah penanaman idealisme dan doktrin2 ala pendidikan katholik. Memang semua itu baek, semua toh berlatar belakang cinta kasih. Dari sana Ndaru juga belajar tentang esensi dari kerja keras, disiplin, dan yang pasti utamakanlah kualitas ketika mengerjakan sesuatu, bukan yang sembarangan bisa ditulis atau diomong doang.

Yah, tapi sayang, semua kadang cuma sampe di doktrin dan idealisme saja. Mereka terlalu mengagung-agungkan idealisme ampe lupa pada keadaan sebenernya. Satu hal yg Ndaru inget banget tentang jaman Ndaru sekolah adalah pas 2 minggu sebelum Ebtanas. Temen sekelas Ndaru hamil dan jadilah kehebohan sekaligus kebingungan di kalangan petinggi sekolah. Trus, keluarlah pernyataan untuk mengeluarkan temen Ndaru itu dari sekolah. Pas Ndaru mempertanyakan ke pihak yg berwenang (di sekolah pastinya), Ndaru dapet jawaban bahwa semua adalah tentang nama baik, tentang mendidik, dengan kejadian kek gini orang jadi liat bahwa ada konsekuensi buruk harus keluar dari sekolah. Dan, Ndaru mlongo. Apa ga bisa nolong bentar aja sampe dia ujian akhir? Emang temen Ndaru salah, tapi apakah dia harus dapat penghakiman satu pihak dan langsung dicopot haknya tanpa ada usaha untuk membela dia sebentar saja? Ndaru ga tau apa sang petinggi sekolah ini pernah membayangkan klo yang hamil itu anak dia?

Buat apa sih kita beridealisme? Kita toh harus bijak merawat idealisme kita. Bagus lagi kalo itu bisa jadi penyemangat kita untuk terus berada di jalan yg udah kita rancang. Tapi toh, dunia itu tidak selalu berwarna putih. Lagipula semua hal pasti punya dua sisi yg berbeda, kek mata uang, ada sisi yg baek dan buruk. Dan 2 sisi ini pan saling melengkapi. Uang yang cman ada 1 sisi doang mana bisa buat beli layangan..Nanti ketika kita bertemu pada suatu keadaan yg kita idealkan, pasti kita tau ada konsekuensi dibalik itu, dan itu membuat apa yg kita idealkan ga sebagus kek yg kita bayangkan dulu.

Tidak ada komentar: