Kamis, 28 Agustus 2008

Tradisi mengumpat


Dulu pas nDaru sekolah di sebuah SMA di bilangan Kelapa Gading, nDaru dapet sebuah matapelajaran yang menurut ndaru lmayan asik, walau kadang agak membosankan, pelajaran sosiologi, yang bikin bosen itu ya materinya, dan kadang2 nyebahi karena kurang realistis sama keadaan, tapi yang bikin asik, pengajarnya adalah seorang bruder muda nan tampan mirip2 jared leto --kesian, tampan kok jadi bruder, klo ga bruder pasti banyak yang ngecengin, hihi--. Ada 1 sub bab di matapelajaran itu yang lmayan nyanthel di jidat ndaru adalah soal kekmana kita (manusia) berhadapan dengan sebuah fenomena sosial yang disebut emosi. Kata si bruder, mengutip dari seorang psikolog ternama entah namanya lupa. Bahwa manusia itu pada dasarnya gila, edan. Yang menjadi penahan kegilaan atau keedanan itu adalah nilai sopan santun dan keimanan ybs. Si bruder tampan ini bilang, "apa yang keluar dari mulut kita, ketika kita emosi sedikit banyak menunjukan kadar keimanan dan intelektualitas kita."<----na ini yang ndaru bilang gak realistis ma keadaan, orang marah dimana2 gada yang bilang "aseeeekkk, horeeee", yang ada juga pasti mengumpat "hewan berkaki 4 yang hidup di hutan, penarik grobak, PSK, dkk"

Akhir-akhir ini ndaru dihadapkan pada sebua situasi yang keknya menuntut kadar keimanan dan intelektualitas ndaru, pekerjaan yang bejibun se-kandang kingkong yang menuntut penyelesaian yang bikin otak hampir kering. Dan hiburan ndaru satu-satunya pas ndaru stress ngadepin kerjaan kantor yaitu YM tercinta udah gak bisa mengakomodasi kepinginan ndaru lagi. Entah kenapa chatting bikin gak lagi asik kek dulu, dan bahkan terkesan nganyelke. Pelarian kerjaan ndaru ke chatt gagal. yang ada malah nambah jengah.

Manusia mana yang sempurna? emang sih kita sedikit lebih baek daripada monyet, dan kata sahibul hikayat manusia adalah makhluk paling sempurna ciptaan Tuhan, tapi ketika kita dihadapkan pada sebuah situasi yang bikin kita anyel, paling cman sedikit yang mau bilang "Duh pangeraaaaan, nyuwun kawelasan" sambil mengurut dada.

Klo menurut ndaru sih, mengumpat itu baek, daripada dipendam dan kemudian keluarnya menjadi lebih parah daripada sekedar mengumpat, ngantemi orang misalnya kan brabe, kita tinggal mngatur frekwensi dan tempat buat misuh2.

gambar diculik dari sini


Tidak ada komentar: