Senin, 31 Agustus 2009

Slamat Bertempur Mahasiswa Baru!!

Beberapa hari ini, nDaru disibukkan dengan kegiatan PPMB di kantor nDaru. Sebanyak kurang lebih 2800 mahasiswa baru, di orientasi selama sepekan, sebelum mereka bener2 diceburkan ke suasana perkuliahan yang sebenarnya. Sedikit ketawa juga klo kepikiran "I was there" jadi mahasiswa baru yang masih bingung nyari ruang, canggung bergaul dengan orang baru, dan perasaan2 aneh dan takjub lainnya. nDaru beruntung, meski babe nDaru serdadu totok yang selama seperempat hidupnya dihabisin di laut, dia masih tetep menekankan bahwa pendidikan itu penting buat investasi masa depan Sejak kecil,nDaru dididik dengan keras, dihidupkan dalam suasana kompetisi untuk menjadi yang terbaik di kelas, sekolah, kecamatan, bahkan kalau perlu kabupaten dan tingkat provinsi. Mimpi yang ambisius, tetapi orang memang perlu ambisi untuk melangkah ke tingkat yang lebih baik. kan?

nDaru sendiri jg sadar betul, bahwa "dagangan" nDaru cuman otak. Babe cuman pensiunan marinir yang gak mungkin memberi nDaru modal buka usaha showroom mobil ato hypermarket :D. Jadi nDaru musti asah otak setajam2nya klo perlu setajam silet.

Orang sering melihat hanya di kulit permukaan yang glamour saja tanpa mau melihat di dalamnya. Banyak orang yang bilang dengan enteng kalau pandai itu sudah bawaan dari lahir, anak kalau otaknya tidak encer, sulit untuk menjadi juara kelas. Kata-kata yang cukup menyakitkan.

nDaru percaya, bakat atau DNA kepandaian itu memang berperan, orang yang bakat masak tapi malah disuruh les piano jg hasilnya akan beda ma dengan yang benar2 bakat, tapi sebagian besar tetap ditentukan oleh kerja keras. nDaru ngerasa gak nyesel telah kehilangan masa apa yang disebut orang sebagai masa yang paling indah itu: SMA. Masa buat berhura-hura, pacaran, dsb. nDaru memilih peran menjadi anak yang kalau di sinetron sering digambarkan sebagai anak yang culun, berkacamata tebal, dan dianggap gak gaul. Syukurnya, nDaru masih gak berkacamata dan banyak teman yang mau berteman dengan nDaru.

nDaru lebih memilih untuk ikut aturan main sistem pendidikan yang ada daripada nyalah-nyalahin sistem pendidikan yang katanya kacau itu. Mengetahui kalau Ebtanas dan SPMB adalah satu-satunya komponen yang paling menentukan masa depan, mulai kelas 2 SMA, nDaru sudah siap2. Berangkat ke sekolah pagi, selesai jam sekolah jam setengah 2 siang langsung ke bimbingan belajar sampai jam lima sore, soalnya nDaru ngerasa otak nDaru bukan otak Einstein. Jam 7 malam mulai mengerjakan PR sampai larut malam. Demikian seterusnya selama dua tahun penuh.

Berhasil masuk ke perguruan tinggi— dengan jurusan yang diminati, adalah prestasi dan anugerah yang tidak terkira. Meski bukan Perguruan Tinggi Negri, toh masa-masa nDaru di kampus sungguh2 sebuah proses yang bener2 membentuk nDaru menjadi manusia yang bener2 kuat, tahan banting dan itu sangat berperan banget dalam pekerjaan nDaru yang sekarang.

nDaru sekarang ngerti, mami nDaru telah berhasil menumbuhkan kesadaran pentingnya pendidikan sejak dini. Adalah maha penting bisa mendapatkan nilai ujian di sekolah dengan rata-rata 9. Adalah penting hafal nama-nama susunan periodik Kimia mulai Hidrogen sampai deretan Gas Mulia: Helium, Neon, Argon, Kripton dkk meskipun Anda tahu itu tak berhubungan langsung dengan kehidupan Anda — tetapi penting karena materi ini akan muncul di SPMB (SNMPTN kalau sekarang), atau seleksi di PTS favorit dan Anda punya kepentingan bisa lolos dari lubang jarum itu. Adalah penting untuk menguasai bidang IPA atau IPS, meskipun kemampuan Anda bermain basket menyamai Denny Sumargo, atau bisa maen musik kek Ananda Sukarlan, karena untuk masuk PTN jurusan olahraga, nilai Matematika Anda juga harus 9, buat masuk sekolah musik yang ternama nilai Bahasa Inggris anda juga harus 9.

Buat para orang tua, memang prinsip tiap orang berbeda, nDaru jg blon pernah ngerasain jadi ortu, tetapi tolong bimbing anak Anda menuju titik mengerti bahwa belajar itu penting. Berikan teladan yang baik. Jauhkan mereka dari televisi dan sinetron apalagi ketika mereka sedang belajar. Matikan TV. Sungguh, benda itu sangat berbahaya untuk perkembangan otak anak. Dekatkan mereka dengan buku. Buat mereka menyukai buku-buku yang bagus. Daripada karakter mereka dipengaruhi oleh televisi, lebih baik mereka diracuni oleh buku-buku yang baik. nDaru sendiri banyak dipengaruhi oleh Detektif Conan, Sherlock Holmes, Deunan Knute atawa Hercule Poirot. Contoh yang agak kurang baik memang, jadi, pilihkan buku yang benar-benar bagus karena itu akan mempengaruhi karakter mereka.

Dan, buat adek2 mahasiswa baru, selamat berjuang. Mungkin belon tau musti ngapain di perguruan tinggi, tapi toh anda beruntung, karena anda tidak termasuk orang2 yang gak bisa masuk Perguruan Tinggi Favorit.

Tentang Nepotisme dan Niputisme


Eni cerita terbaru dari sepupu Ndaru yang di Surabaya. Setelah (akhirnya) lulus dari kampusnya dan berhasil keluar dari penjara (hihihi..itu istilah yang dy cIptain dulu), dia pindah ke universitas laen dan ngajar. Cuman yah, sekali lagi dia harus ngadepin satu babak baru yang mungkin lebih mengerikan dari proses skripsi yang nyebelin. Kerjaan sih ngajar ya, ya ngurus kegiatan mahasiswa, tapi belon dapet status sebagai dosen. Sistem kepegawaian yang tidak jelas terpaksa membuat dia sedikit terlunta-lunta, dan telat pula menerima gaji.

Sementara itu, temen yang sama-sama bernasib sama mungkin lebih baik karena bapaknya kerja di tempat yang sama. Artinya, kalo ada kerjaan berbau proyek gitu, temen dia pasti dapet porsi nomer satu dibanding dia dan temen-temen yang laen atau kalo ga sepupu Ndaru ini dapet bagian yang bukan termasuk ke keahliannya. Dan, itu tergolong kerjaan babu. Jatah sks dia masih kurang juga tetep dikasih ke anak bapak aja. Hihihi..ngenes juga kalo denger ceritanya. Masak, 3 bulan blon keluar gaji?

Ya, soal nepotisme itu bisa jadi cuman subjektifitas pribadi juga ya. Toh, sepupu Ndaru mengakui kalo mereka orang-orang yang memang pantes buat dapetin tu kerjaan. Selebihnya, kata dia, dia udah mengusahakan yang terbaik buat kerja sungguh-sungguh. Kalo toh itu belon diliat atasan juga masalah waktu saja. Akan ada waktunya semua yang kita usahain terbayar. Nyatanya, sepupu Ndaru itu ga kelaperan karena ada aja yang ngasi dia duit, ya dari proyek suting lah (sepupu ini hampir sama hobinya ma Ndaru kecuali ngupil), terjemahan, bahkan tugas dines yang cuman jadi babu.

Ndaru pernah mengalami kejadian kek gitu, masa ketika kita kerja dipandang bukan karena kemampuan dan apa yang udah kita kerjain, tapi karena kamu lulusan mana atau kamu anaknya siapa. Kalau katanya sepupu Ndaru sih, kita emang harus ngrasain kek gini dulu supaya besok kalo udah sampe tingkat atas ga tengil kek atasan-atasan kita maren, supaya kita menghargai pekerjaan dan orang-orang yang sedang merintis karier dari awal. Tapi toh peristiwa itu membuka mata Ndaru, bahwa beginilah hidup. Hidup bukan masa dimana kita masih kecil dan bisa bertingkah seenaknya, ketawa bareng temen-temen yang hobi maling jagung bareng, dan kemana-mana bareng mereka yang tiap ari kita temuin. Hidup kadang membuat kita untuk membatasi ruang gerak, membuka hati untuk menentukan sikap, dan memutuskan terhadap apa dan siapa yang harus kita datangi.

Cinta Produk Dalam Negri (keknya baek buat renungan kemerdekaan)


Akhir-akhir ini pasti kita pada gregetan kalo liat berita di tipi. Isinya cuman nglaporin ulah negara tetangga Malaysia yang seenaknya nyaplok produk dalam negeri Indonesia tercinta. Dari seni reog Ponorogo, batik, tari pendet, sampai lagu Rasa Sayange dengan enteng diakui sebagai bagian dari kesenian asli bangsa seberang. Malah, yang terakhir theme song di website pariwisatanya itu negeri menjiplak lagu buatan dalam negeri, Terang Bulan. Tetangga Ndaru ada yang misuh-misuh kek gini, “Udah kirim F16 aja kesono biar mingkem”. Hihihi, geli juga kalo denger bapak yang itu misuh-misuh. Tapi toh, emang apa yang udah dikerjain negaranya Rasid Shidek itu keterlaluan banget. Ibaratnya orang lupa, ya istilahnya engga lupa ding, dodol yang sedodol-dodolnya. Masak, lagu atau tari buatan negara tetangga yang udah masuk daptar hasil kebudayaan orang laen masih saja diakuin milik sendiri. Ndaru pernah nonjok bapak-bapak orang Malaysia asli pas di Bandara Kuala Lumpur dulu, gara-gara tu bapak maksa Ndaru buat beli topeng Bali. Dan, si bapak dengan ngotot bilang itu asli Malaysia. Pas Ndaru gentian ngotot bilang itu topeng asli dari Bali, dia bilang ga masalah, toh Indonesia ma Malaysia itu serumpun. Langsung dah, si bapak mencium lantai kena tonjok.

Pas itu Ndaru emosi berat dengan tingkah si bapak yang seenaknya asal nyablak. Tapi, sekarang ketika liat ulah-ulah Malaysia, Ndaru berpikir yaaaa emang engga salah Malaysia kek gitu. Kita terlalu lama meninggalkan budaya kita dan malah sibuk dengan budaya orang laen. Sebut saja, kita lebih suka nyanyiin lagu-lagu manca negara daripada lagu tradisional sendiri. Kan jarang noh nemuin band anak muda mainin lagu Gundul-gundul Pacul yang dimodif jadi pop dan rock misal. Banyak kawula muda langsung ribet begitu hari Valentine mau datang, langsung ke mall cari hadiah, dan ngrencanain acara special di hari itu. Tapi begitu tiba hari Kemerdekaan RI, disuruh berdiri 40 menit buat upacara aja susah. Ada yang badannya mlencong ke kanan, ada yang kakinya mlencong ke kiri, ada yang pingsan malah! Bos Ndaru ada yang males pake produk sepatunya Yongki Komaladi. Katanya sih seminggu jebol, pengennya tetep yang merk macam Bucherri. Ndaru sempet mikir, mang itu ibuk ngapain aja ya, kerja juga cuman di depan meja dan komputer, dia juga engga angkat-angkat salon atau manjat tower. Contoh laen lagi, sekarang banyak orang ketika punya anak nyomot nama asing buat nama anaknya. Nama kek Alberta Javevina Isabel gitu dirasa keren ketimbang Hasta Panuwun Rahayu. Itu terjadi ma tetangga Ndaru loh!

Begitulah cara orang Indonesia memperlakukan budayanya sendiri. Jadi, sekarang adalah saatnya kita buat bercermin, buat menyadari bahwa ternyata hasil kebudayaan nenek moyang yang cuman berupa lagu atau tarian itu tetep berharga buat dimiliki. Betapa benda-benda sederhana itu yang membentuk identitas kita sebagai orang Indonesia. Kejadian ini harusnya membuat kita nyadar, memperbaiki diri, dan menentukan komitmen baru buat memperlakukan produk kebudayaan dalam negeri dengan lebih bijak.

Dan, kalau emang bener-bener membela kedaulatan negara ya konsisten dong. Demo boleh, tapi kalo disuruh bayar pajak ya bayar, make fasilitas negara ya yang bener. Hihihi.

Jumat, 07 Agustus 2009

Antara Maya dan Nyata

Wah, gak terasa, ne bloh udah mencapai 1 tahun lebih. Isinya masih amburadul dan hanya sebagai t4 menyampaikan uneg2 saja. Sebagai catatan, sebenernya nDaru pengin banget membuat sebuah blog yang isinya poto2 jepretan nDaru, tapi kemudian urung, males ma duplikator, sebenernya gak pa2 ya dipake asal ada nama penjepretnya. Dulu poto2 jepretan nDaru pernah nDaru muat di Frenster, tapi nDaru hapus karena tiba2 nongol di blog seseorang dan ngaku2 tu poto hasil jepretan beliau yang punya blog. Mangkenye, mending pada dateng ke rumah, silakan liat poto2 nDaru di album atawa CD yang nDaru bikin. Itu kenapa smpai sekarang, nDaru masih ngotot yakin bahwa para aktivis dunia cyber itu berkepribadian ganda. paling engga' itu terjadi pada nDaru. Sejak dikenalkan pada dunia per-chatting-an di chatt tool mIRC nDaru sudah menyimpulkan bahwa dunia mIRC itu penuh dengan kebohongan dan manipulatif. Novel yang paling nyanthol di jidat nDaru, karangan Agatha Christie, juga menyatakan begitu dalam kisah Tragedi Tiga Babak (Three Act Tragedy), bahwa orang bisa menciptakan sebuah tokoh sebebas-bebasnya di dunia tulisan.

Dunia cyber internet memfasilitasi kita2 buat "membalas dendam" apa yang kita benci dan gak didapet di dunia nyata. Kata guru BK nDaru dulu pas SMA, beberapa aspek krusial dalam komunikasi untuk mengetahui pribadi seseorang adalah nada bicara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Hal2 itu bisa menunjukkan tingkat kedalaman dan kematangan psikis seseorang, meskipun gak sepenuhnya ya, tapi toh itu adalah titik penting dalam komunikasi, yang celakanya malah gak didapet di internet, memang sekarang marak cam 2 cam chatt, tapi keknya gak semua dari kita bisa mendapat fasilitas ini, terkait dengan besaran bandwidt yang memang dibutuhkan cukup besar.

Itu membuat setiap chatter bisa bersembunyi di balik karakter yang dia ciptakan dan ia perankan di setiap tulisan-tulisannya. Contoh kecil katakanlah, penggunaan kata sapaan. Hanya dengan menyebut diri sendiri dengan “saya”, rasa yang didapat berbeda jauh dengan jika memakai “aku”, apalagi “gw”. Kata ganti “saya” akan membuat tulisan menjadi terkesan santun dan sopan, tetapi sisi negatifnya, jauh dari kesan akrab. Kek baca buku sekolahan aja. Saya pergi ke sekolah bersama teman-teman.

Jadi yaaaaaaaaa begitulah, gak selalu tulisan — apalagi di internet — yang mencerminkan keadaan sesungguhnya seseorang di dunia nyata. Andrea Hirata berulang kali menyatakan bahwa meski buku Laskar Pelangi diilhami dari kisah masa kecil beliau, tapi sekian persen dari cerita disitu adalah fiksi se fiksi2nya. nDaru mungkin memang pernah jengkel, pernah kecewa berkali-kali, tetapi apakah suasananya sedramatis apa yang nDaru tuliskan di sini? Mungkin iya, mungkin pula kagak. Tetapi kalau bolehlah sekali nDaru jujur tentang tulisan nDaru sendiri, keadaannya gak separah itu. nDaru masih bisa cengengesan riang gembira seperti anak kecil yang baru saja diberi Play Station dan Need for Speed pertamanya. nDaru hanya memerlukan sebuah tempat untuk berkeluh kesah ketika gelombang kekecewaan dan kejengkelan menyergap nDaru. Dan energi melankolis itu nDaru salurkan di sini sambil melatih untuk menulis. Daripada nabokin orang kan? ;P