Kamis, 12 Januari 2012

Ya Begitulah

Didalam hidup, kadang bertindak benar itu dianggap tidak benar.
Alkisah disebuah masa, hiduplah seorang pria bernama nDalimin (ini bukan nama samaran lho). nDalimin bekerja di sebuah Padepokan swasta terkemuka di Tanah Jawa ini dia bekerja disana bersama seorang temannya bernama Tukiyat (ini juga bukan nama samaran). Tidak seperti Ndalimin, Tukiyat orangnya ambisius, dan perlente, ditopang dengan wajahnya yang rupawan dan badan atletisnya, Tukiyat mengikuti gaya hidup masa kini a la artis ibukota, komplit dengan segala aseso-nya. Bedalah dengan nDalimin yang sikut sama dengkul aja susah mbedain, kehidupan nDalimin juga bukan hidup yang "wah" dan hedonis. Tukiyat kadang membawa pulang alat2 kantor yang memang canggih dan berteknologi advance untuk menunjang penampilannya. Sampai suatu saat, Tukiyat memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan mendaptar di perusahaan lain yang digit gajinya lebih besar.

Masalah muncul ketika suatu saat, salah satu alat yang biasa dipinjam Tukiyat hilang. Ketika ditelepon si Bos, Tukiyat bilang dia sudah mengembalikan alat itu kepada nDalimin. Dan kena masalahlah si Ndalimin ini. Dia harus mengganti alat itu dengan duit pribadinya yang sudah mepet itu

Kejadian ini bukanlah yang pertama kali, lain hari, ada salah satu kaca sumbangan dari institusi lain menghilang entah kemana, karena merasa itu tanggungjawabnya, maka dia mencari kaca itu sampai dapat, ini bukanlah mudah karena kaca itu sepaket dengan CPU-nya, eh ndak berapa lama malah ada tudingan miring bahwa si Ndalimin yang ngambil tuh kaca dan kemudian disimpen trus di tukerin duit.

Lagi, sebuah laptop raib dari lemari penyimpanan, lagi2, nDaliminlah yang kena cipratan tuduhannya. Seolah2 di perusahaan tempat nDalimin itu muncul sebuah kesepakatan bahwanDalimin adalah orang yang tepat untuk dipersalahkan ketika terjadi suatu masalah. Jika di percakapkan secara verbal mungkin nadanya seperti ini :"eh ada barang hilang lho""eh iya tuh, aduh..gue ga ngambil padahal" "ya udah salahin nDalimin aja" "ho'oh" "nDalimin, kamu ngambil barang itu ya..."

Posisi nDalimin kadang tidak bisa membela diri, dia hanya berterima saja dengan kejadian-kejadian seperti itu. Tanpa perlawanan, tanpa pembelaan. Pembelaan justru datang setelah sekian lama kemudian, tiba2 ketahuan kalo si bapak itu yang ngambil kaca, tiba2 ketahuan kalo si tukiyat yang belum mbalikin alat, tiba2 ketahuan kalo laptop kmaren kesimpen di sebuah lemari dan ketauan siapa yang nyimpen.

Sebuah proses yang ajaib kawan. Ketika kita hanya diam saja, ternyata alam semesta menyediakan pembelaannya untuk kita, begitu kata nDalimin.


Kisah diatas mengilhami nDaru dalam menata hidup nDaru akhir2 ini. Beberapa waktu yang lalu, nDaru getol pengin ndiriken sebuah yayasan yang bergerak buat anjing. nDaru pengin mbikin sebuah dog shelter buat para anjing yang tidak diinginkan majikannya, ato anjing2 liar yang sering ketemu di jalanan. Tapi, babi buta aja kan tau ya..kalok dimari, mbikin yayasan itu perlu apa saja, apalagi ketika mengetahui proposal keuangan nDaru dan berapa nominal yang akan nDaru dapet dari badan donatur internasional.

Setelah usaha berbulan-bulan lamanya, Surat ijin itu ndak keluar2 juga. Sambil menunggu, nDaru membangun pagar di belakang rumah nDaru, sambil berusaha menolong anjing-anjing yang butuh shelter tak kurang dari 40 anjing memenuhi halaman belakang nDaru. Dan tiba2, saat yang nDaru khawatirkan tibalah juga, beberapa orang mendatangi rumah nDaru dan bilang bahwa mereka terganggu dengan suara gonggongan anjing2 yang nDaru pelihara. Gonggongan anjing yang kerasnya ndak lebih dari speaker tape compo 250 watt itu dirasa berisik dan mengganggu pendengaran. Padahal jika dihitung lagi, rumah nDaru adalah rumah paling ujung. Jarak dari rumah nDaru sampai rumah berikutnya kurang lebih 25 meter. itupun rumah kosong yang belum jadi. Orang2 yang protes ini rumahnya jauh dari rumah nDaru. Bahkan mungkin ga akan denger kalau 40 anjing ini menggonggong bareng.

Tak butuh waktu lama untuk melibatkan orang2 birokrasi, keputusannya adalah dalam jangka waktu seminggu nDaru harus merelokasi anjing2 itu, atau disuntik mati. Hanya 16 anjing yang nDaru berhasil mendapat tuan baru. Sisanya ya seperti yang nDaru tulis diatas. Silakan membayangkan, 27 anjing disuntik mati sekaligus. nDaru dan beberapa teman memutuskan untuk membuatkan mereka kuburan karena jika tidak dikubur, "mereka" akan membakar jazad2 anjing itu. Silakan membayangkan bagaimana rasanya mengubur 27 anjing yang setiap hari anda lihat dan anda kasih makan.


seperti sebuah perkataan negeri seberang yang mengatakan "LIVE MUST GOGON" tapi hidup ya tidak akan pernah sama lagi buat nDaru. nDaru pengin menutup ngoyo woro nDaru kali ini dengan sebuah ungkapan yang biasa diucapkan sodara2 kita umat Budha
"Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta"
Sadhu..sadhu..sadhu

*Semoga semua makhuk hidup berbahagia

10 komentar:

stein mengatakan...

kadang ya memang harus begitu jalannya mbakyu, bolak-balik dilakoni kok ya mbalik maneh koyo ngono, sampe kalo sudah bosen bin jeleh kae ada orang dusun saya ngomong, life is shit and then you die.

tapi ya gimana lagi, mosok hidup ndak ngoyoworo?

nDaru mengatakan...

life is shit and then you die.<---tau saya..ini bahasa Tajinan to, saya pernah kesana

ngoyo woro itu hiburan je

Unknown mengatakan...

Prihatin... tidak berperikebinatangan, bahkan mereka tidak lebih beradab dari binatang.

Di lain pihak, justru mestinya pemerintah melindungi mahluk hidup ini. Jika anjing saja tidak bisa hidup baik, bgmn dengan hidup masyarakat?

Ironis...

Arman mengatakan...

ikut prihatin ya ru...

tapi sebenernya emang udah seharusnya gak bisa sembarangan bikin shelter untuk anjing. apalagi kalo itu di perumahan. pasti ada syarat2 yang harus dipenuhi untuk bisa bikin shelter anjing.

harikuhariini mengatakan...

mba nDaru..
ini teh cerita beneran??

chocoVanilla mengatakan...

Waaaa, sudah dieksekusikah mereka? Hiks... turut berduka ya, Jeng :(

Tapi mau gak mau kita memang harus akui bahwa gak gampang bikin tempat-tempat seperti itu, khususnya bila hewan itu adalah doggy.

nDaru mengatakan...

@ Bang Dewo,
Terima Kasih atas keprihatinannya, tapi seperti yang abang bilang, dengan hewan aja kekgitu, apalagi sama orang..kayak2 abandoned gitu deh

@ Bang Arman,
Terima Kasih keprihatinannya juga, memang betul..itu kenapa sebelumnya nDaru mau ngurus segala sesuatu hal legal formal dari dog shelter ini, tapi ya...they just can't wait. nDaru berpikir bahwa semua akan lancar2 saja..Mungkin pandangan orang akan berubah setelah melihat apa yang nDaru bikin, tapi yaaa...keadaan bicara laen

@Desni,
Bener eda

@Jeng Cho2V
Udah..26 September 2011, ya susah..hampir seperti menegakkan benang basah :(

Asop mengatakan...

Maap, nDaru, saya gak tahu harus bilang apa... :(
Tapi yang pasti, saya baru tahu kalo di Indonesia ada sistem suntik mati. :(

Saya pikir cuma ditangkepi terus dipindah entah ke mana....

nDaru mengatakan...

@ Kang Asop,
Dimari emang ga ada tuh keknya undang2 tentang anjing..Jadi ya Undang2 Suka suka aja..asal kliatan bijaksana, hajar bleeeh!

Sari Ossel mengatakan...

ah mbak turut berduka. Susah sekali untuk mendapatkan empati di negeri ini ya mbak. Yang diurusin cuma duit, kalau waktu itu sdh dpt ijin kira2 sumbangan donaturnya itu dipalak nggak ya....?? *ah susah mau berprasangka baik saya*

Disini anjing menggonggong di shelter mah barengan mbak, kayak konser. Tapi yo ndak ada yg protes. Orang yg ndak suka binatang itu kelompok yg amat sangat sangat minoritas disini. Di setiap rumah minimal ada 1 kucing atau anjing deh. Birokrat itu sama orang miskin aja tutup mata kok mbak, apalagi binatang yo ndak dianggap.