Jumat, 25 September 2009

Dunia di Balik Kaca Kereta


Rem keretaArgo Wilis berdecit ketika matahari mulai mengintip di ufuk timur dan mewarnai langit Kutoarjo yang cerah. Masih sekitar 2 jam lagi untuk sampai di Yogyakarta. Orang-orang mulai sibuk menyambut hari. Petugas pengatur perjalanan kereta api berdiri di depan panel kontrol bikinan Belanda dengan khidmat. Seorang pemuda tanggung, memakai kaos yang lusuh, dengan wajah yang masih bersih bersinar air mandi bergegas mengambil barang dagangan asongan di warung sebelah toilet umum stasiun.

nDaru, meringkuk di sudut kursi bernomor 3A, mencoba menarik kelambu dan melihat keluar. Pendingin kereta terasa berlebihan, untung ada selimut hijau yang nyaman dan hangat.

Setiap pagi, matahari yang sama menyinari kita semua, namun kita hidup dalam dunia kecil yang berbeda-beda yang disebut rutinitas. Suasana Stasiun Kutoarjo setiap hari akan mirip seperti itu, semirip nDaru yang lagi manasin mesin motor, dan siap2 berjuang mengais sesuatu yang orang sebut sebagai peluang, harapan, dan cita-cita akan kualitas hidup yang lebih baik.

nDaru hobi banget naek kreta api, sangking hobinya, kadang nDaru naek tanpa tujuan yang jelas. Dan perjalanan kecil yang singkat seperti ini seperti memberikan kesempatan bagi nDaru buat melihat sisi dunia yang lain. Dunia kecil di balik kaca kereta yang tampak damai di kota kecil macam Kutoarjo atau sawah-sawah yang digarap oleh para petani di sepanjang jalur kereta, tempat melarikan diri sejenak dari rutinitas. Suasana yang akan selalu nDaru rindukan.

Tidak ada komentar: