Kamis, 17 September 2009

Sedikit Review tentang puasa

Posting nDaru kali ini, tentang puasa, semoga saja bisa menjadi bahan permenungan kita semua. Mohon maaf kepada sodara2 muslim yang lagi menjalani ibadah puasa, jika tulisan nggambleh nDaru kali ini terlalu ekstrim atau menyinggung kekhusyukan teman2 sekalian, karena memang kebetulan nDaru tidak ikut menunaikan ibadah puasa, sekali lagi, tidak ada tendensi atau niat ingin menggurui dan men-judge nilai keimanan temen2 sekalian. Hanya sedikit "KALAU BOLEH" membantu me-review puasa temen2 sekalian. Sekedar pengingat buat yang mungkin kelupaan.



Pada suatu hari, nDaru membaca sebuah status yang ditulis oleh temen chatt nDaru di YM, disitu rupanya sang empunya account YM sedang meng-count down hari2 menjelang lebaran. Temen nDaru ini bahkan dari hari 1 puasa udah bikin status "(sekian) hari menuju Hari Kemenangan." Awalnya sih biasa saja, tapi kemudian di sebuah sore, nDaru nyuri denger khothbah yang disampaikan seorang ustadz di masjid. Kebetulan rumah nDaru letaknya sebrangan ma masjid komplek perumahan t4 nDaru tinggal. Hanya dipisah oleh sebuah jalan kecil selebar +/- 2 meter. Sang ustadz bertanya kepada jemaatnya “Layakkah kita diberikan kemenangan?” klo boleh ndaru sedikit merangkum khotbah sang ustadz kira2 begini neh :

Bagaimana kita mengklaim menang perang jika secara pribadi kita tetaplah sama dan tidak ada perubahan signifikan? Berapa malam kita sholat malam — atau bahkan — apakah sholat wajib sudah tidak ada yang bolong?

Bagaimana kita bisa dengan bangga menyerukan takbir jika di jalan raya kita masih serobot sana serobot sini, klakson menyalak di mana-mana. Di mana letak kesabaran yang seharusnya ada ketika berpuasa?

kurang lebih kek gitu lah..Di pertengahan bulan puasa kmaren, nDaru dapet ks4an dines ke Jakarta. Biar ngirit, nDaru pake kendaraan sendiri, jalanan Jakarta sdikit byk nDaru masih apal lah. Ironisnya, Menjelang berbuka puasa, semua orang berebut pulang ingin segera berbuka puasa di rumah. Tetapi mereka yang berpuasa ini tidak nDaru temukan nilai puasanya di perilaku berlalu lintas. Tidak ada perbedaan. Mereka sama sekali tidak berusaha menahan diri untuk tidak mengklakson ketika jalannya diserobot, ketika lampu hijau menyala, ketika ada pengendara yang lain menghalangi jalan.

Kekmana kita bisa merayakan kemenangan jika di malam-malam terakhir, dimana pahala yang kata pak ustadz di masjid deket rumah nDaru, sudah diskon diobral lagi, justru shaf-shaf sholat malam di masjid deket rumah nDaru semakin sedikit, sementara mal penuh sesak macam pasar tumpah saja. Persiapan mudik lebaran.

Mudik, momen ini nDaru rasa telah melenceng terlalu jauh dari semangat puasa Ramadhan yang dibilang pak ustadz. Semangat mudik tidak lagi menjadi semangat bersilaturahmi, tetapi momen yang tepat untuk unjuk kesuksesan dan status sosial di hadapan keluarga dan teman-teman lama. Kalau tidak, kenapa orang bela-belain beli baju baru, handphone baru, mobil baru? Kenapa mal penuh sesak?


Inget gak, Mario Teguh pernah bilang di tipi bahwa seharusnya ibadah puasa tidak lagi menjadi ajang pembelajaran, tetapi justru pembuktikan dari 11 bulan sebelumnya berproses untuk memperbaiki diri. Karena adalah mustahil jika proses perbaikan diri itu berhasil hanya dalam waktu sebulan saja.


Sekali lagi maap banget klo postingan nDaru ini berbau-bau sotoy dan ngedebleh gak genah.
Selamat merayakan Idul Fitri 1930 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Tidak ada komentar: