Jumat, 30 Oktober 2009

Metro TV atau TV One


Ndaru pernah baca sebuah blog yang isinya tentang anchor-anchor TV di Indonesia. Kebanyakan blog itu membahas tentang para anchor yang berasal dari dua stasiun tipi, Metro TV dan tv One. Ada juga yang membandingkan beberapa program dua tipi itu, misalnya Today’s Dialogue dan Apa Kabar Indonesia Malam. Ndaru juga sering diajak ngobrol soal dua stasiun tipi itu. Kebanyakan bilang ke Ndaru kalo Metro TV itu lebih serius, beberapa anchornya lebih galak, sementara kalo tv One punya kesan lebih santai, sistem jurnalismenya juga KATANYA lebih modern.


Well, kalo menurut Ndaru ya...Ndaru akan dengan tegas bilang kalo tv One (sekalipun konsepnya nyus ma spot) ga jauh dari mengekor Metro TV. Ya memang ya, tv One punya gaya sendiri, tapi toh konsep pemberitaannya juga selalu ga jauh dari modelnya Metro TV. Breaking News yang cuman ada di Metro ditampilin juga tv One bahkan tanpa perubahan nama mata acara..apa gak melanggar UU hak cipta ya??, trus konsep Kick Andy dimana pemimpin redaksi tampil sebagai anchor juga ditiru di program Di Balik Langit Berita yang dibawain Karni Illyas, belon lagi konsep Eagle Awards yang ditiru tv One jadi film pendek, dan masih ada lagi Market Review di Metro yang diubah jadi Kabar Pasar di tv One.

Kalo dua tipi itu dibilang berbeda ya emang bener. Masing-masing punya stylenya sendiri-sendiri. Sayangnya, tv One lebih sering banyak ngawurnya, terburu-buru dalam menyimpulkan berita, pokoknya asal rame aja. Pertanyaan dan pernyataan yang dilontarkan anchornya banyak terkesan persuasip dan mencurigai. Kek semalem (29 10 09) neh di acara Kabar Petang, ada sesi wawancara ma pengacaranya Antashari Azar, bapak pengacaranya udah bilang kalo pernyataannya seputar ada usaha penggembosan KPK hanya berdasarkan kerangka persoalan pidana Antashari doang, ga termasuk ke penahan Bibit dan Chandra, eh si anchor tetep ngotot bilang ,’Mm..jadi tetap ada kecurigaan ke arah situ ya..”. Belon lagi pas acara Di Balik Langit Berita, pertanyaan-pertanyaan Pak Karni bikin gemes, persis kek anak SD tanya ke gurunya, bukan seperti news presenter memandu sebuah acara, sampai-sampai Ibu mantan Menteri ikutan gemes, harus berulang-ulang jawab dan negesin jawabannya. Belum lagi, anchor2 TV One suka banget memotong pembicaraan orang, entah itu narasumber atawa reporter dilapangan. Apa itu ndak SARU??? Baru enak2 ngomong mau menyampaikan sesuatu eh dipotong. Pemotongan2 seperti ini kan cenderung berkesan menggiring opini ke apa yang dimaui si pembawa berita

Kesan provokatip juga Ndaru dapet pas gencar-gencarnya agresi Israel ke Palestina sebelon yang baru-baru ini. Tv One tiap ari nyiarin TV Aljazeera yang memuat live event serangan Israel ke Palestina lengkap dengan pemandu bahasa sono. Buat apa live event kek gitu coba? Bukannya itu bikin tambah panas suasana? Ada kesan keberpihakan pada satu pihak dalam hal ini Palestina. Padahal, menurut ilmu semrawut nDaru, bukankan jurnalisme yang baik itu adalah yang tidak memihak dan proporsional?

Metro emang lebih tegas dan sistematis sistem pemberitaannya. Terlepas dari kesan galak atau konvensional, toh mereka lebih proporsional dan beritanya juga lebih berbobot. Beberapa hal emang jurnalisme butuh suasana baru dan modern, tapi beberapa hal toh jurnalisme tetep ada unsur konvensionalnya, biar berita yang dibawain itu ga cuman fresh saja, tapi juga mendidik masyarakat, bukan yang asal nyablak.

Ndaru bukannya mau jelek-jelekin tipi One ya, beberapa programnya toh bagus dan Ndaru juga suka, seperti Documentary One, Cerita dari Seberang, dan Mata Kamera, Tepi Jaman, Riwajatmoe Doeloe. Mereka mengekspos sebuah fenomena dengan lengkap dan menarik. Tapi, Ndaru musti bilang kalau urusan nyus atau berita, tv One masih perlu belajar banyak dan menghilangkan unsur persuasip ma provokatipnya.


gambar dicontek dari sini ya

Tidak ada komentar: