Kamis, 06 November 2008

Membeli mimpi


Hihi...puitis ya judulnya. Tapi begitulah, sebenernya ungkapan itu realistis banget klo di aplikasikan pada situasi kek sekarang. Semua serba sulit. Setelah era yang disebut Reformasi ini kok keknya semua jadi mahal, pabrik2 pada tutup. Bukannya ndaru gak suka ma reformasi lho ya. Tapi dari pandangan ndaru, banyak orang yang kadang malah berfikir bahwa mending gada reformasi, tapi minyak masih kebeli, beras banyak, sekolah murah. Sekarang, masuk TK aja gak cukup duit 100 rebu.

Buat sebagian orang, katakanlah mereka2 yang kantongnya tebal. Indonesia adalah negara yang enak, asik buat ditinggalin, bensin murah, makanan murah. Coba kita hitung, misalnya seorang anggota DPR, gajian 1 bulan ada dong 20 juta, malah lebih, belon tunjangan2 yang laen. Jadi buat beli bensin 1 liter 6rebu perak itu pasti hal yang kecil, beli komputer mungkin sama kek beli bakwan. Ato pejabat negara. Dulu pas ndaru kerja di prusahaan minyak punya republik ini, 1 bulan dapet gaji pokok 4,7 jt masih +tunjangan, --maap bukannya mo sombong, tapi cman buat perbandingan-- itu baru seorang pegawai kontrak. Lha klo direksi? berapa? pasti deh 40 jutaan/ bulan. Satu lagi kerjaan yang asik adalah menjadi artis, ato pengacara artis. Kekayaan melimpah + tentunya terkenal. Apalagi sekarang lagi banyak sinetron2 kejar tayang, tentunya butuh lowongan buat jadi artis banyak. Tapi ya itu, syaratnya agak susah, tampang kece ato bahenol, jadi tampang pas2an kek ndaru keknya susah buat kerjaan yang satu ini.

Merekalah orang2 yang sanggup membeli mimpi a la manusia tentunya, kenikmatan hidup, liburan ke Kongo, dan berbagai macam kemudahan yang laen. Budaya konsumtip dan hedonisme duniawi sekarang lagi musim. Apalagi siaran tipi sekarang udah bukan barang mewah lagi. Coba masuk ke tiap2 rumah di Republik ini. Hitung berapa orang yang gak punya tipi, ato hitung yang ruang tamunya isinya rak buku doang. Pasti cuman dikit. Siaran televisi inilah yang klo menurut ndaru menjadi sarana sosialisasi. Entah itu hal2 yang baek, entah itu hal2 yang buruk. Sebuah prestise tersendiri klo bisa masuk siaran tipi bersekala nasional. Pasti banyak tetangga dan temen yang komentar " Wah hebat elu masuk tipi"..padahal cman kliatan punggung ma kaki doang.

Banyak siaran tivi yang membuat orang terperdaya. Terkesan dengan apa yang ada disitu, apalagi sekarang marak sinetron2 yang MAAF, kurang edukatip. Hanya menyoroti kehidupan orang2 yang bermobil, berdasi, dan bertampang kece. Blon lagi iklan, kecap mana yang gak nomer satu? sirup mana yang gak enak? ato makan biskuit bisa jadi pinter. Media ini dirancang untuk kita berimajinasi dan bermimpi. Meniru apa yang ada didalamnya.

Beberapa hari yang lalu, ndaru ikutan sebuah presenrtasi perusahaan MLM yang gak mau disebut MLM, bingung kan? terlepas dari presentasi mereka yang memang menarik, mereka memanfaatkan keserakahan dan kekhawatiran manusia akan masa depan mereka untuk memperluas jaringan mereka.--maap agak ekstrim--Bagaimana tidak, peserta presentasi diiming2i mendapat duit tanpa kerja keras. nganggur bisa dapet duit. Sedangkal itukah impian manusia? apakah semua orang hanya bekerja untuk uang dan masa depan yang cerah? Bagaimana dengan orang2 yang mencintai pekerjaannya bukan karena uangnya, tapi karena dia suka melakukan pekerjaan itu?

Mungkin buat sebagian orang, apa yang ndaru posting kali ini cuman nggacor belaka, tapi toh klo menurut ndaru, Tuhan tahu yang terbaik buat umatNya, ndaru masih percaya rumus Fisika EK = ½ mv2 ato EP = mgh, bahwa energi itu kekal. Ketika kita menabur, kita akan menuai, apa yang kita kerjakan sekarang akan kita tuai hasilnya entar.

1 komentar:

Lumiere mengatakan...

"Bila anda mencari uang, anda akan dipaksa mengupayakan pelayanan yang terbaik.
Tapi bila anda mengutamakan pelayanan yang baik, maka andalah yang akan dicari uang"

quote from Mario teguh