Kamis, 25 September 2008

Empati


Menurut web pintar, Empati (dari Bahasa Yunani yang berarti "ketertarikan fisik") didefinisikan sebagai kemampuan seseorang buat mengenali, mempersepsi, dan merasakan prasaan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya, seseorang yang berempati bakal mampu mengetahui pikiran dan mood orang lain. Lalu apa yang memampukan kita buat ber-empati ini? Apakah seseorang yang selalu hidup dalam kecukupan dan gak pernah susah mampu ber-empati?

Sebagai manusia, kita pasti punya lah perasaan pengin diakui ato pengin dianggep, kadang ketika kita sudah bergelut dalam sebuah hal dan merasa ahli dalam hal tersebut, dalam diri kita muncul perasaan sebagai orang yang paling pinter dalam hal tersebut, sehingga, ketika orang laen yang sedang dalam kesulitan atau bermasalah dalam hal yang sebidang dengan kita, kita bawaannya pengin mencibir aja. "ah elu segitu aja gak becus, GUE ne bisa slesein masalah elu sambil merep" hehe kira2 begitulah kita jumawa. Kadang kita gak mau mencermati dulu masalahnya apa, penyebabnya apa, pokoknya langsung nggacor aja.

Kadang kita gak mau memakai sepatu orang laen, dalam artian gini, cobalah kita jadi orang yang sedang kesulitan kekgitu! trus lagi stres2nya eh langsung dicerca dengan pernyataan kekgitu. Sakit gak? Ato kita hanya mau terima enaknya saja, karena ngerasa kita dulu bisa menangani masalah yang sama dengan mudah.

Kadang setelah kita menggeluti suatu bidang dengan susah payah dalam jangka waktu yang lama dan sukses di bidang yang kita geluti itu, kita jadi kehilangan empati, kita jadi males buat membantu orang yang mempunyai kesulitan yang sama. Kita pengin orang laen merasakan "penderitaan" yang sama dengan kita ato klo perlu lebih kejam lagi. Perasaan balas dendam inilah yang klo menurut ndaru, penyebab kita kehilangan kemampuan buat ber-empati.

Sebaliknya, orang bisa kehilangan kemampuan ber-empati juga bisa disebabkan karena dia gak pernah merasakan susahnya menjadi orang laen, ndaru terkesan ma sebuah iklan sirup di tipi, disitu digambarkan seorang ibu2 muda mencoba buat bikin ketupat dari daon kelapa, ah ternyata sulit, kan kita seperti meremehka sebuah ketupat, setelah kita mencoba bikin, wah ternyata bikin ketupat itu gak segampang memakannya.

Ndaru gak tau musti menarik kesimpulan kekmana buat menutup gacoran ndaru soal empati ini, tapi yang jelas, bukalah hati, bukalah pikiran, lihatlah sesuatu secara lebih mendalam, toh kata babe, orang yang menghormati orang laen itu sedang menghormati dirinya sendiri. Dan sekali lagi ini hanya sebuah BLOG, jangan dipikir terlalu dalem, tapi klo mau..silakan dirasakan lebih dalem.


Tidak ada komentar: