Senin, 30 Juni 2008

accept defeat


Pasti nonton dong, final Piala Eropa semalem, antara Jerman kontra Spanyol, dan Spanyol berhasil mengukir sejarah baru dengan menjadi Kampiun di Benua Biru itu dengan skor 1-0 buat Spanyol, hasil tendangan Fernando Torres. Banyak luapan emosi kegembiraan buat pihak yang menang dan tentunya kesedihan buat yang kalah.

Satu hal yang menarik buat ndaru pas liat akhir dari pertandingan ini adalah kekmana menerima kekalahan. Tentu menjadi beban mental tersendiri buat Ballack dkk melihat pemain2 Spanyol dan suporternya besorak2 menyambut kemenangan yang *klo ga salah denger* sudah 44 tahun ga mereka rengkuh. Merekalah yang akan dikenang orang sampai beratus2 tahun mendatang sebagai Juara Piala Eropa 2008. Yang membuat kita seharusnya kagum adalah semangat orang2 yang sudah pernah kalah, tapi mau berjuang sampai ingus penghabisan. Masih inget dong kekmana Ballack dipecundangi Ronaldo dkk di Piala Champion.(<---hihi...maap ya yang ga apal bola) tapi toh si Ballack ini mampu melupakan kekalahannya dan kembali berjuang di event laen. Seperti inilah mental yang seharusnya kita punya, BERANI MENERIMA KEKALAHAN BERKALI2, dan mengakui bahwa orang laen lebih hebat. Dari situ tentunya kita bisa mengambil sikap kekmana menyikapi kekalahan itu. Mau seperti Ballack? yang kalah tapi masih terus berusaha ato nyerah dan meratapi kekalahan itu terus menerus, dan yang lebih parah, menuduh bahwa kekalahan itu adalah salah orang laen. Saat2 kekalahan kekgini adalah saat yang tepat buat lebih mengenal diri kita sebenernya. Mampu ato engga'nya kita berhadapan dengan sebuah pergulatan hidup. Jika kita mau, kita bisa meneliti lagi kekurangan kita, mengevaluasi kembali semua dari awal, dan yang paling penting adalah berani mencoba kembali dan tentu dengan resiko KALAH lagi. Menjadi kalah, klo kita pandai2 menyikapinya, toh keknya bukan sesuatu yang buruk sebenernya, emang ada perkara yang emang seharusnya kita kalah, atau emang kita harus mengalah. Ga semua pertempuran bisa kita menangkan, ada kalanya kita cuman bisa menjalani suatu perjalanan hidup dengan kalah, bukan karena kita lemah, tapi karena kita mengabdi pada kepentingan yang lebih besar. Kita harus menunduk agar sebuah harmoni bisa berlangsung. Ingat dong ma lagunya Padi yang judulnya Harmoni.

"Kau membuatku mengerti hidup ini
Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Kan terwujud Harmony…

Segala kebaikan..
Takkan terhapus oleh kepahitan
Kulapangkan resah jiwa..
Karna kupercaya..
Kan berujung indah"

Kalau kita mau dari lagu itu kita bisa menangkap pesan bahwa membawa damai jauh lebih menentramkan daripada merasakan sebuah kemenangan. Tinggal mampukah kita mewujudkan harmoni itu..Dengan apa? Toleransi, dan berani menerima kekalahan, berani berpikir bahwa tih ga akan ada no.1 klo gada no.2..Dan balik lagi ke posting ndaru seblon ini, mampu ga kita menjadi raja akan emosi kita. Setuju? ato engga? yasudah ga usah dipikir trlalu dalem ini kan cman BLOG hihihi..

Tidak ada komentar: